Revitalisasi Sungai Mati di Citarum Jadi Percontohan


Pemprov Jabar menargetkan dapat merevitalisasi 14 sungai mati yang ada di sepanjang aliran Sungai Citarum.
SUNGAI Mati atau oxbow di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jabar, bakal menjadi percontohan untuk revitalisasi kawasan serupa di sepanjang aliran Sungai Citarum. Salah atu masalah utama di area sungai mati adalah genangan sampah yang terbawa dari kawasan hulu sungai Citarum dan anak-anak sungainya.
Saat ini, ada 14 aliran sungai mati di sepanjang Sungai Citarum. Keberadaannya terbentuk pasca penyodetan. Citarum pada tahun 1990-an. Suangi mati itu terdapat di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, seperti Baleendah, Dayeuhkolot, Margaasih, dan Kutawaringain.
Berdadsarakan data Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, total panjang 14 aliran sungai mati itu mencapai 7 km. dengna luas sekitar 40 ha, 14 sungai mati itu bisa menampung air hingga 1,2 juta m³ guna meminimalkan banjir saat musim hujan.
Saat ini, beberapa sungai mati itu dipenuhi sedimentasi lumpur, sampah, dan dijadikan lading oleh masyarakat. Sejak setahun lalu, dipayungi program Citarum Harum, sungai mati mulai direvitalisasi.
Komandan Pos Oxbow Bojonsoang Sektor 6 Citarum Harum Kapten Samsudin di Bojongsoang, Selasa (5/2/2019), memaparkan, area sungai mati sering dipenuhi sampah karena aliran yang terhenti akibat sungai yang mati. Seperti yang terjadi di Bojongsoang, sampah berasal dari bebefrapa aliran anak Sungai Citarum, salah atunya sungai Cikapundung.
Bersihkan Sampah
Oleh karena itu, sejaka awal tahun lalu, pihaknya setiap hari rutin mengawasai alirang sungai mati tesebut agar tidak dipenuhi sampah. Penyisiran sungai mati sepanjang 1 km ini dilakukan setiap pagi menggunakan perahu. Jika turun hujan, sampah yang diangkut mencapai lebih dari 200 kg.
Kini, setahun kemudian hasilnya berbuah manis. Pada Selasa (5/2/2019), permukaan sungai mati di Bojongsoang terliaht tanpa sampah. Enceng gondok pun tidak terlihat menutupi permukaan sungai.
Sebelumnya, sungai mati ini tertimbun sampah dan lumpur hingga 8 m. ‘Jadi yang diinjak sekarang ini ialah sampah bercampur lumpur yang menjadi tanah padat.” Ujarnya sambil menginjak-injak tanah di pinggir sungai mati.
Kopral kepala Ugan Suganda, petugas pos, menambahkan, kesadaran masyarakat setempat sudah sangat banik. Mereka tidak lagi membuang sampah ke sungai mati. Apabila ada sampah, biasanya terbawa dari hulu Sungai Citarum dan anak sungainya. Warga pun kini justru memanfaatkan genangan sungai mati untuk memelihari ikan.
“Kami tidak ingin berpuas diri. Pekerjaan kami masih panjang. Lumpur dan sedimentasi masih ada di kawasan ini. Dasar sungai mati ini lumpur dan tanah yang bercampur sampah sampai 3 m,” katanya.
Rusmana (53), warga Bojongsoang bisa memelihara berbagai jenis ikan air tawar, seperti nila dan mujair. Keadaaan itu berbeda jika dibandingkan dengan sebelum dibersihkan. Saat itu, permukaan sungai di penuhi sampah.
Kemarin, saya bisa panen 2 kg ikan. Kalau hujan, lebih banyak lagi. Kami besyukur sekarang bisa memancing ikan sebelum dibersihkan, daerah ini sangat kotor dan bau,” katanya.
Rusmana juga beraharap revitalisasi sungai mati ini bisa meningkatkan perekonomian karena pemerintah berencana membangun tempat wisata di kawasan itu.
Kontribusi
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengatakan, sungai mati di Bojongsoang menjadi kawasan percontohan untuk area serupa lainnya. Ia menargetkan daapt memperbaiki Citarum dalam lima tahun ke depan. Salah atu upaya yang dilakukan adalah merevitalisasi 14 sungai mati di Citarum.
“Sementara ini sudah ada bantuan dari Konsorsium BUMN Adhi Karya di Bojongsoang. Ini menjadi percontohan pertama,” ujarnya.
Ke depannya menurut Kamil, pembenahan area sungai mati akan terus dilakukan. Tujuannya, agar keberadaannya dapat memberikan manfaat bagi warga setempat. Bukan hanya kontribusi dalam bidang ekonomi, melainkan juga menunjang kesehatan warga.
“Diharapkan dalam beberapa bulan daerah-daerah sungai mati yang dulunyanya jorok, penuh sampah, dan bau bisa menjadi tempat yang ideal untuk kawasan konservasi dan pariwisata,” kata Kamil [Sumber : Kompas, Rabu, 13 Februari 2019 | Oleh : Machradin Wahyudi Ritonga]

Comments

Popular Posts