RAGAM

Mau :Backpacker"-an ke Solo? Jangan Lupa Bawa Ini...
↺*_*↻

SUAKA UNTUK KETAN KENARI

FRANCIS mengizinkan kami ikut naik di atas perahunya yang keicl memanjang. Dengan perahu inilah kami akan menuju Kasuari Kecil, pulau mungil di dekat Kasuari Besar di kawasan Raja Ampat , Papua Barat.
Meski antusias, kami waswas juga. Seekor ketam dipegang dengan tangan telanjang begitu saja oleh Francis lantaran karung sudah penuh. Kami ingat ujaran Franciss sebelumnya, “Capitnya kuat sekali, bisa putus jari kalau dicapit ketam ini.”
Terbayang betapa kuatnya, capit itu digunakan untuk meretas buah kelapa, makanan utama ketam ini-dari tangkainya yang keras. Namun, Francis menghibur. Katanya, tenang saja, ia tahu benar bagaimana menghidari capitan ketan kenari.
Empat orang dan lima kepiting kenari di atas perahu itu pun melaju ke Kasuari Kecil. Menembus lorong-lorong yang terbentuk dari lengkungan dahan-dahan bakau. Bahkan gelap lanskap masi hterasa pekat meski malam itu purnama dan kami sudah berbekal senter. Di permukaan laut, cahaya putih kebiruan berpendar dari sekumpulan plankton.
Kasuari kecil tidak jauh, bisa ditmepuh dalam sekitar 10 menit saja dari Kausari Besar. Bakau memadati tepian pulau yang serupa gundukan bukit itu. Menenteng karung, Francis menjejak daratan pulau, lantas membuka ikatan karung. Ia melepas ketam-ketam itu dan meninggalkan beberap butir kelapa.
“Ditambah dengan yang kita lepas mala mini, berarti sudah 275 ekor ketam say lepas di pulau ini,” kata Francis, Kamis (9/11).
Ia ingat benar kali pertama ia melepas ketam kenari. Pada 22 November 2016, sebanyak 40 ekor. Ia rutin mencatat tanggal pemindahan kepiting beserta jumlahnya pada potongan kertas kardus yang selalu disimpannya.
Tindakannya memindahkan ketam-ketam kenari ke Kasuari Kecil adalah perwujudan nitanya mengonservasi hewan yang jumlahnya kian sedikit itu. Selama ini, orang-orang menangkapi ketam kenari di beberapa pulau di Raja Ampat, termasuk Pulau Kasuari Besar, untuk dijual.
Harganya tinggi. Per ekornya berksiar Rp 100 ribu sampai dengan Rp 300 ribu, tergantung besarnya. Ketam ini memang bisa mencapai ukuran yang besar, dengan panjang sekitar 40 cm dan berat per ekor 4 kg. francis bercerita, ia dahulu juga kerap mencari kepiting-kepiting itu dan menjualnya.
“Sekarang saya sudah tidak menjual ketam lagi. Ketam-ketam yang hidup di Kasuari Kecil harus dibiarkan berkembang bia kdan tidak boleh ditangkapi,” tutur Francis.
Kesadaran ini juga dipicu teguran dari seorang kerabatnya, Daud Dimara. “Dulu, saya pernah bilang sama Bapa Francis. Kalau ketam ini kita jual-jual terus, jangan bermimpi nati anak cucu Bapak bisa lihat ketam. Jangankan makan, lihat saja tidak bisa,” begitu Daud mengingat lagi momen ketika ia berbincang dengan Francis.
Status F2
Ketam Kenari (Birgus latro) adalah kelompok artopoda darat terbesar di dunia. Sebenarnya penyebutran ketam atau kepiting tidak tepat karena hewan ini masuk dalam kekerabatan umang-umang darat (Ceonobita).
Data tentang populasi ketam kenari di indoneisa sangat kurang, tetapi dilaporkan jumlahnya menurun secara signifikan karena terus dieksploitasi sebagai sumber protein hewani. Secara hukum, Indonesia menetapkan ketam kenari sebagai hewan yang dilindungi lewat PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan satwa liar. Kini, penyebaran hewan noktural ini terbatas pada pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni.
Nikka Gunadharma, communication and Outreach Coordinator Conservation International (CI_), yang turut mendampingi masyarakat dalam mengonservasi sumber daya alam beberapa kawsan di Raja Ampat mengatakan, saat ini status ketam kenari adalah F2. Artinya, hanya cucu dari generasi pertam di tempat penangkaran yang bisa diperjualbelikan.
Sekarang, Kasuari Kecil memang belum resmi menjadi tempat penangkaran ketam kenari. Namun, ke depannya, pulau itu diproyeksikan dapat menjadi area penangkaran. Dukungan-dukungan terus diupayakan. CI juga berkoordinasi dengan sejumlah pihak, termasu kBalai Besar KOnserasi sumber DAya Alam (BBKSDA) Papua Barat untuk merealisasikan hal itu.
Suaka baru bagi ketam kenari di Kasuari Kecil mungkin baru awalan. Jika masyarakat kian sadar akan konservasi terhadap hewan ini dan bisa memiliki alternative kegiatan ekonomi lain, kelak kan muncul tempat-tempat perlindungan yang lain. Dengan adanya area penangkaran, jaminan keberlanjutan ketam kenari pada masa depan akan lebih besar. [Sumber: Kompas, Senin 27 November 2017|Oleh:Fellycia Novka Kuaranita & Mi Rani Adityasari]
▫◊⃝◊▫ 

Comments

Popular Posts