SPORT

Menggapai Tenis Profesional dalam Senyap

Mendengar suara ketika bola menyentuh senar raket menjadi faktor penting dalam tenis. Namun, ketika suara itu tak pernah didengar Lee Duckhee (19), yang terlahir dalam kondisi tuli, petenis Korea Selatan itu menggantinya dengan insting dan penglihatan yang menjadi kekuatannya. Duckhee mengangkat raketnya untuk menarik perhatian wasit saat bertanding melawan petenis Taiwan, Wu Tung Lin, pada […]
↺⇓↻

Sensasi ”Nyandu” Penunggang Ombak
WARGA PECATU, desa salah satu semenanjung di Provinsi Bali, sulit bertani karena struktur geografisnya yang didominasi pantai. Kesulitan ekonomi itu terpecahkan dengan berkembangnya usaha persewaan papan selancar, seiring geliat olahraga selancar di sana.
Selancar memang mengasyikkan. Jika Anda sudah bisa berdiri di atas papan selancar, siapa pun akan kecanduan untuk terus menikmati sensasi menunggangi ombak. Seperti yang terlihat di pantai Kuta, Bali, ini pada awal Juli lalu.
Pemandangan wisatawan asing membawa papan seluncur di sepeda motor atau mobilnya biasa ditemui di sekitar Pantai Kuta, Pantai Jimbaran, Pantai Padang Padang, dan beberapa pantai lainnya di Bali. Di Pantai Kuta, puluhan peselancar juga setiap hari ”bergumul” dengan ombak besar di pantai. Barisan papan-papan selancar untuk disewakan membuat pantai-pantai terkenal itu makin hidup. Selancar atau surfing telah lama menjadi olahraga populer, bahkan memberi banyak manfaat ekonomi untuk kehidupan masyarakat. Kepala Desa Pecatu Made Karyana Yadnya menuturkan, sebelum merebaknya selancar di Pantai Padang Padang dan pantai-pantai lain di wilayahnya, kehidupan warga cukup sulit karena kondisi alam yang kurang kondusif untuk bertani. Meluasnya selancar lantas mengangkat derajat rakyat Pecatu, karena olahraga itu membuka banyak peluang usaha. Tak heran perusahaan perlengkapan selancar asal Australia, Rip Curl, sejak 14 tahun lalu sudah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat selancar dunia dengan menggelar kejuaraan Internasional bergengsi, yaitu Rip Curl Cup Padang Padang, di Pantai Padang Padang, Pecatu. Kejuaraan ini sangat berkelas karena hanya diikuti 16 peselancar terpilih, yaitu 8 peselancar terbaik dunia dan 8 peselancar terbaik RI. Hebatnya, dari 13 perhelatan sebelumnya, para peselancar Indonesia rutin menjadi juara, dan hanya 4 kali peselancar asing menjadi yang terbaik di kejuaraan itu. Tahun ini, 10 peselancar dunia diundang. Ke-10 peselancar itu adalah peselancar veteran tiga kali juara dunia Tom Curren (AS), Mason Ho (Hawaii), Damien Hobgood (AS), Bruce Iron (Hawaii), dan Kai Otton (Australia). Lima lainnya yakni Bruno Santos (Brasil), Clay Marzo (Hawaii), Jack Robinson (Australia), Jacob Wilson (Australia), serta Ryan Burch (AS). Mereka dipilih karena menempati peringkat terbaik dunia World Surfing League (WSL) pada musim 2017. Dari ke-10 itu, hanya 8 yang berhak ikut. Kedelapan peselancar itu terpilih atas dasar siapa yang datang lebih dulu dan siapa yang memakai pakaian surfing terbaik. Sementara 8 peselancar RI yang akan bertarung tahun ini adalah Made (Bol) Adi Putra, Raditya Rondi, Mega Semadhi, Rizal Tandjung, Pepen Hendrik, Garut Widiarta, Lee Wilson, dan peselancar muda Rio Waida. Di antara mereka, Mega Semadhi, Bol Adi Putra, dan peselancar asal Selandia Baru yang sudah menetap di Indonesia, Lee Wilson, sama-sama sudah dua kali menjadi juara. Bahkan Bol melakukannya dalam dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2004 dan 2005. Adapun Widiarta menjadi juara pada 2014. ”Saya tahu, banyak orang memperhatikan data ombak di Indonesia sehingga lomba bisa segera dimulai. Ini selalu menjadi event menarik di mana para peselancar terbaik Indonesia bertarung dengan para spesialis pengendara terowongan ombak (tube) Internasional. Saya tidak sabar melihat Padang Padang membara lagi dan menyajikan tontonan luar biasa untuk kita semua,” ungkap Manajer Regional Australia/Oceania WSL, Will Hayden-Smith, pada pembukaan Rip Curl Cup Padang Padang 2017, Minggu (9/7).
Mengasyikkan dan sehat
Selancar memang yang mengasyikkan dan terbukti relatif aman meski seorang peselancar ”bermain-main” dengan ombak yang besar. Pantaslah bila dari waktu ke waktu selancar makin populer, khususnya di kalangan warga Indonesia yang gemar berwisata ke pantai, khususnya di Bali, Lombok, dan banyak lagi tempat lainnya. ”Kalau sudah sekali mencoba pasti kecanduan. Makanya banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam untuk surfing karena memang asyik. Kita berjalan menunggangi aliran ombak, dan kalau sudah mahir bisa dengan gampang bermain-main dengan ombak,” ungkap juara dua kali Rip Curl Cup Padang Padang, Mega Semadhi, yang telah dikenal dunia sebagai peselancar ahli bermain di terowongan ombak (tubing). Semadhi tidak berlebihan. Ia mencermati, meski masih dalam tahap belajar, banyak peselancar pemula mengungkapkan ingin bermain-main lagi dengan ombak. ”Ternyata tidak sulit, ya, belajar surfing. Meski saya tahapnya baru bisa berdiri di papan surf, rasanya sudah asyik sekali. Sensasinya susah dijelaskan dengan kata-kata, pokoknya asyik banget,” ungkap Hendra Darmawan, wisatawan asal Jakarta yang merasa sangat beruntung. Ia, dengan modal hanya Rp 250.000, sudah bisa belajar berselancar dan menikmati berselancar selama sekitar satu jam di Pantai Kuta, Bali. Dengan tarif belajar di kawasan Kuta ataupun Jimbaran berkisar Rp 250.000 sampai Rp 400.000 untuk satu jam, termasuk penyewaan papan surfing, banyak orang makin tertarik belajar selancar. Wajar jika penyewaan papan selancar yang tarifnya Rp 100.000 per jam juga menjamur di banyak kawasan pantai di Bali. ”Kebanyakan pasti menyewa. Hanya surfer-surfer profesional yang biasanya membawa sendiri. Kalau sedang ramai, sehari bisa dapat 10 penyewa,” ungkap Aprin Sendi, salah satu penjaja sewaan papan selancar di Pantai Kuta. ”Memang melelahkan, karena kita harus mengayuh. Baru 10 menit saja sudah seperti lari 5.000 meter,” tambah Uchi Juwita, wisatawan asal Lampung yang langsung kecanduan setelah belajar selancar di Kuta. Pantas saja banyak peselancar berpostur tubuh ramping dengan perut rata dan agak berotot. ”Sekali turun ke laut bisa sekitar 1.500 sampai 2.000 kalori terbuang. Makanya surfing ini bikin sehat dan aman buat otot serta persendian,” tambah Semadhi. Namun, yang lebih penting, ditambahkan jawara Selancar Bali itu, adalah tumbuhnya kecintaan yang semakin besar terhadap laut sehingga tumbuh juga kepedulian untuk menjaga kebersihan dan kelestarian laut. ”Kita para surfer sering mengadakan kegiatan pembersihan laut untuk menjaga laut dan pantai kita tetap nyaman digunakan. Kampanye kebersihan laut ini juga yang terus kita suarakan kepada anak-anak di sekitar desa kami,” paparnya.[Sumber : Kompas, Kamis, 20 Juli 2017 | OLEH RAKARYAN SUKARJAPUTRA]

Comments

Popular Posts