EKONOMI

Teknologi di Balik Meriah Belanja

Sepanjang November ini, berbagai diskon belanja daring ditawarkan untuk memikat konsumen. Di Indonesia, beragam diskon belanja daring tahun ini akan memuncak pada penyelenggaraan Hari Belanja Online Nasional, 12 Desember mendatang. Di balik kemeriahan ajang belanja itu, ada kecanggihan teknologi pasar dan pembayaran digital, sekaligus kompleksitas pengelolaan logistik yang mengesankan ...[find out more]

↺↺↻

Pecel Semanggi Instan

Aminah

Dulu, pecel semanggi hanya bisa dibeli dari para penjual yang berkeliling di perkampungan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Kini, untuk menikmatinya, Anda tak harus jauh-jauh datang ke ”Kota Pahlawan”. Aminah (39) menciptakan pecel semanggi instan yang tampil modern dengan rasa otentik [...]
⇐0⇒
Jet Eksekutif Makin Tumbuh

Peternakan Terpadu Sulit Diterapkan

SISTEM peternakan terpadu dengan pertanian di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dinilai masih sulit terwujud. Padahal, sebagai lumbung padi nasional, Indramayu berpotensi menjadi daerah sumber pakan ternak. Sebaliknya, kotoran ternak sapi dapat dijadikan pupuk untuk tanaman padi. Sulitnya mewujudkan sistem peternakan terintegrasi pertanian terpantau di sentra ternak sapi di Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Minggu (12/11). Belasan karung berisi kompos yang berasal dari kotoran sapi hanya menumpuk di kandang. Di bagian belakang kandang terdapat penampungan kotoran dari 113 sapi yang belum diolah. ”Potensi kompos di sini mencapai 40 ton. Namun, kami tidak tahu mau dipasarkan ke mana. Paling yang pakai hanya beberapa anggota kelompok,” ujar Ketua Kelompok Tani Tunggal Rasa, Slamet Riyadi, saat ditemui Kompas. Untuk membuat pupuk, kotoran ternak didiamkan sekitar enam bulan sebelum digiling dan dicampur, di antaranya, probiotik. Jika laku, hasil penjualan pupuk itu digunakan untuk operasional kelompok yang beranggotakan 29 orang. Slamet menuturkan, sejak dimulai 2013 dengan bantuan Kementerian Pertanian, peternakan sapi di Majasari terus berkembang dari 32 ekor hingga pernah mencapai lebih dari 200 ekor sapi. Ini menjadi potensi untuk menghasilkan pupuk organik di Indramayu. Peternak pun secara swadaya membuat saluran pembuangan kotoran sapi. Akan tetapi, dalam lima tahun terakhir, pembuatan pupuk organik tersebut masih terkendala pemasaran. ”Tahun 2015, Dinas Pertanian Indramayu membeli 12 ton pupuk kami dengan harga Rp 800 per kilogram. Itu di bawah harga operasional kami, yakni Rp 1.200 sampai Rp 1.500 per kilogram. Sekarang sudah tidak ada lagi pembelian dari dinas,” ujarnya. Slamet menyadari pertanian organik di Indramayu masih sangat sedikit dibandingkan dengan pertanian konvensional yang kerap menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia. Alasannya, lanjutnya, sudah belasan bahkan puluhan tahun petani bergantung pada bahan kimia. Meski demikian, pihaknya berharap, pupuk organik yang dibuat peternak bisa laku di pasaran. Di sisi lain, peternak juga mengeluhkan sulitnya mencari jerami di Indramayu. Karen (51), peternak asal Majasari, mengatakan terpaksa harus mencari jerami hingga ke Sumber, Kabupaten Cirebon, sekitar 60 kilometer dari desanya. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Indramayu Joko Pramono akan berupaya membantu pemasaran usaha peternakan sapi. Salah satunya dengan cara menggelar kontes sapi. Kontes itu bisa menjadi wadah pertemuan antara peternak dan pembeli serta pengusaha pakan ternak. Ia juga mengakui banyak jerami sisa panen maupun dedak di Indramayu yang dibawa ke Jateng. ”Kami masih meneliti hal ini. Saat ini mendampingi 56 kelompok tani untuk mengupayakan peternakan terintegrasi dengan pertanian,” ujar Joko.[Sumber : Kompas Senin 13 November| oleh: 2017IKI]
                                                                                                .o0o.

Menggeluti Bisnis Makanan Sehat
Pola hidup sehat yang dimulai dari mengonsumsi makanan sehat semakin menjadi tren di kalangan pekerja urban dan para profesional. Tren ini rupanya memberi inspirasi bisnis bagi sebagian orang lainnya. Orang-orang yang cerdik melihat peluang, tren, dan fenomena, lalu membuka berbagai usaha yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman sehat.
Sejak Mei 2017, Iriel Parmanto (33), konsultan hubungan masyarakat di Jakarta, mengubah pola makan. Dia tidak lagi makan makanan bersantan dan berlemak seperti jamuan khas Padang, kota asal orangtuanya. Sebagai gantinya, dia mengonsumsi aneka buah dan sayur segar. Perubahan itu bermula dari riwayat migrain yang dia miliki sejak lama. Iriel sempat masuk rumah sakit karena migrain parah. Belum lagi orangtuanya punya riwayat diabetes. ”Motivasi utama adalah sehat. Kalau sehat, saya bisa produktif. Jadi, semangatnya bukan ingin kurus,” ujar Iriel. Dia tidak segan berbagi cerita menu makanan sehari-hari. Sebagai gambaran, sarapan pagi berupa buah pir dan sawo. Makan siang meliputi pepaya potong ditambah jeruk nipis, jus semangka, dan wortel kukus. Iriel mengaku bahwa pola makan seperti itu terinspirasi diet hipnoterapi ala Dewi Hughes. Dia bahkan sempat berkonsultasi langsung dengan Dewi Hughes. ”Saya kebetulan memang suka memasak. Saya rutin berkreasi mengolah buah atau sayur sebagai bahan makanan yang enak, misalnya kue muffin berbahan dasar brokoli, jamur, dan salmon. Dengan begitu, saya memiliki varian menu,” ujarnya. Perubahan pola makan tersebut diimbangi dengan olahraga teratur, berkonsultasi ke dokter, dan berpikir positif. Salah satu hasil yang tampak adalah berat badannya turun sekitar 40 kilogram. Dia menjadi rujukan teman-temannya berkaitan dengan mengolah menu makanan sehat berbahan buah atau sayur. Hingga akhirnya, sejak tiga minggu lalu, Iriel membuka usaha sampingan sebagai penyedia jasa katering makanan sehat. Sekitar enam temannya sudah menjadi pelanggan. Lain cerita dengan Dewi Kusuma, pemilik Naked Press. Naked Press adalah minuman berbahan buah dan sayur yang diolah dengan metode cold-pressed juice. Usaha ini berangkat dari kesadaran untuk memiliki pola hidup sehat di tengah kesibukan bekerja. ”Sebelum membuka usaha ini, saya memiliki karier profesional di bidang keuangan. Jadwal bekerja orang di Ibu Kota itu umumnya padat, tetapi tidak diimbangi pola makan makanan sehat,” kata Dewi. Dia memutuskan mendirikan Naked Press pada tahun 2015. Ilmu cold-pressed juice yang dimiliki mempermudah Dewi mendirikan bisnis. Pemasaran dan penjualan produk dilakukan secara daring. Iklan produk sepenuhnya memanfaatkan media sosial seperti Instagram. Pesanan pelanggan langsung dibuat satu hari, didinginkan, lalu diantar keesokan harinya. Konsumennya rata-rata warga DKI Jakarta. Menurut Dewi, saat ini Naked Press memiliki sekitar 18 jenis produk, salah satunya Sweet Green yang terbuat dari sayur kale, horenzo, lemon, dan apel. Selain itu, Naked Press juga menjual makanan ringan berupa granola dan chips. Naked Press juga memiliki paket minuman sehat khusus ibu hamil dan menyusui. Dewi mengungkapkan, dia rutin mempelajari nutrisi setiap jenis buah atau sayur agar memudahkan inovasi produk. Di perusahaannya terdapat ahli nutrisi yang membantu menyempurnakan produksi. Masih banyak contoh orangorang urban yang mulai menganut pola hidup sehat, entah sekadar ikut tren ataupun memiliki kesadaran mengubah cara berpikir dan kebiasaan seperti pengalaman Iriel dan Dewi. Apa pun itu telah menjadi ide bisnis menggiurkan. Salah satu yang telah membuktikannya adalah Re.Juve. Sebanyak 45 gerai Re.Juve yang tersebar di pusat perbelanjaan di Jakarta, Tangerang, Cibubur, dan Bogor tidak pernah sepi pembeli. Managing Director Re.Juve Richard Anthony mengungkapkan, konsumen utama berasal dari kalangan health enthusiast, anggota klub fitness, sampai eksekutif. Jumlah pembeli perempuan atau laki-laki sama besar. Setiap hari, rata-rata 6.000 botol minuman, smoothies, dan nut milk terjual, baik melalui gerai fisik maupun layanan pesan antar. Produk inti Re.Juve adalah minuman cold-pressed juice yang terbuat dari buah dan sayur sampai 1 kilogram per botol, bukan dari konsentrat, tanpa air, tanpa gula, tanpa pemanis buatan, dan tanpa pengawet. ”Kami juga sangat selektif dalam menggunakan bahan baku. Harus level A,” ujar Richard. Re.Juve berdiri pada 19 Mei 2014. Gerai fisik pertama terletak di Gandaria City Mall lantai 2. Higienis menjadi bagian dari tren pola hidup sehat di kalangan warga perkotaan.
Kerja sama
Pendiri dan CEO Kulina Andy Fajar Handika mengemukakan, karyawan perkantoran di Jakarta saat ini menyukai makanan makan siang yang higienis dan mengandung gizi pas. Karena itu, layanan katering makan siang Kulina selalu diminati. Para pelanggannya bahkan diberikan fasilitas menilai sejauh mana kualitas yang dijanjikan di awal. Kulina tidak memiliki dapur sendiri. Sejak awal didirikan, Kulina bermitra sekaligus memberdayakan para pelaku usaha kecil Re.Juve yang menyajikan cold-pressed juice, di Mal Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (17/10) (kiri). Sebagian sayur dan buah organik hasil panen petani dipasarkan Sayurbox langsung ke konsumen melalui bisnis dalam jaringan (kanan). dan menengah bidang kuliner. Kulina membeli makanan mereka dengan harga tetap berdasarkan ongkos produksi. Keuntungan penjualan dibagi. Saat ini terdapat 13.029 pelanggan Kulina. Mayoritas adalah pekerja di kawasan segitiga emas Jakarta. Menurut Andy, pelanggan diberikan fasilitas kolom penilaian dan komentar. Fasilitas itu bisa diisi sesudah mengonsumsi makanan dari dapur tertentu. Setiap hari ada ribuan pesanan. Aktivitas memasak dimulai pukul 06.00. Pengiriman dilakukan pukul 09.30. Inovasi terbaru adalah Kulina Lunch, produk langganan makan siang yang ditawarkan dengan harga sebanding makanan pinggir jalan, sekitar Rp 25,000 termasuk ongkos kirim. Menu selalu berganti setiap hari. Kulina juga menjamin pengantaran selalu tepat waktu sebelum jam makan siang tiba. Euromonitor International memprediksi penjualan makanan dan minuman sehat mencapai 1 triliun dollar AS pada 2017. Institute of Food Technologist dalam surveinya pada 2012 menemukan hampir 60 persen konsumen memberikan banyak pemikiran ke makanan atau minuman yang mereka konsumsi.[Sumber : Kompas Minggu 5 November 2017 | OLEH MEDIANA]
    .o0o.
    .o0o.

Comments

Popular Posts