AVONTUR PERJALANAN

Eksotika Pakistan
Setelah terbang malam hari dari Jakarta selama 7 jam dan transit di Dubai, Uni Emirat Arab, kemudian melanjutkan terbang selama 2 jam, akhirnya pagi itu, awal November 2017, kami mendarat di Bandar Udara Internasional Benazir Bhutto di Islamabad, Pakistan. 
Setelah menerima cap imigrasi paspor di ruangan khusus, ruang yang berbeda dengan penumpang pesawat lainnya, kami […]
↞↨↠
DIJON

◦◊◦

Jejak Silam Muaro Jambi

Berperahu menyusuri kanal-kanal berair tenang di Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, Jambi, rasanya seolah tersedot kembali melintasi lorong waktu menuju masa berabad-abad lalu. Masa ketika seorang Pendeta Buddha I Tsing asal Negeri Tiongkok di era Dinasti
Dalam catatan Naskah Berita Dinasti Tang disebutkan, sang pendeta menyempatkan singgah dan tinggal selama dua bulan di sebuah negeri bernama Mo-lo-yeu dalam perjalanannya menuju wilayah barat, Nalanda...
[Sumber : Kompas, Minggu, 22 October 2017|OLEH: WISNU DEWABRATA]
=▪▪=

The Secret Russian Spot


=▪▪=

HAMBURG


-*@*-

▪◊⃝◊▪
▪◊⃝◊▪

 Air Spirtual Litchfield

 AirSpiritual Litchfield

(*_*)

HOTEL UNTIK di ATAS POHON
HOTEL UNIK di ATAS POHON



(*_*)

Menikmati Kesejukan Tomohon


SEJUK dan asri, begitu kesan yang terasa ketika kita menjejakkan kaki di Tomohon, Sulawesi Utara. Berjarak 22 km dari Manado, kesejukan yang menyelimuti Tomohon cukup terasa karena kota ini terletak di ketinggian 700-800 mdpl. Diapit oleh dua gunung berapi, yaitu Lokon yang masih aktif (1.689 m) dan Mahawu yang sudah tidak aktif (1.311 m) membuat kondisi tanah di Tomohon subur.
Perpaduan udara yang sejuk dan tanah yang subur ini membuat banyak lahan di Tomohon cocok untuk menanam beraga mjenis bunga. Maka, tak mengherankan Tomohon juga dikenal sebagai “Kota Bunga”. Bagi pencinta bunga, sempatkan diri untuk berwisata ke daearh ini karena setiap tahunnya Tomohon mengadakan festival bunga yang namanya sudah dikenal hingga mancanegara. Tak kalah cantik dengan festival bunga yagn diadakan di negara-negara Eropa.
Selain festival bunga, banyak tempat di Tomohon yang menarik untuk dikunjungi. Dua di antaranya, gunung Mahawu dan Bukit Doa Kelong. Siapkan stamina yang kuat untuk mengunjungi dua tempat itu.

Waktu yang paling baik untuk memulai pendakian Mahawu adalah pukul 07.00 dari Desa Kakaskasen. Karna gunung ini tidak terlalu besar, pendaki dapat mencapai puncaknya kurang lebih dalam waktu satu jam.
Kendaraan roda empat juga sudah dapat menjangkau area dekat puncak karena PemKot Tomohon telah membuat jalan akses yang bagus ke Mahawu. Di sana, terdapat area parkir yang cukup luas di pos penjagaan.
Meski cukup menguras energy untuk dapat menikmati pemandangan indah dari gunung ini, wisatawan tak perlu khawatir karena sudah tersedia anak tangga yang cukup rapi untuk dilalui. Jumlah anak tangga ini sekita 150 buah, sehingga membutuhkan tubuh yang fit agar dapat mencapai puncak. Rasa letih setelah menanjak akan terbayar dengan kesejukan udara dan pemandangan alam yang hijau memesona.
Di puncak Mahawu, wisatawan dapat melihat kawah dan berjalan mengelilingi pinggirnya. Dari sini, wisatawan dapat menyaksikan dengan jelas pemandangan kawah Gunung Lokon, Gunung Manado Tua, Pulau Bunaken, kota dan teluk Manado, Gunung Klabat, danau dan kota Tondano, serta Kota Tomohon.
Jalan setapak di bibir kawah telah disemen sehingga tidak sulit bagi wisatawan untuk menempuhnya. Namun, ada kalanya wisatawan harus menerobos alang-alang yang tinggi untuk membelah lintasan ini. Sungguh menjadi petualangan yang seru.
Orange minahasa menamai mahawu karena sering mengeluarkan abu gunung ini pernah mengalami letusan kecil pada 1789. Kemudian pada 1994, Gunung Mahawu sempat meletupkan lumpur fumarol dan aktivits geyser yagn terjadi di sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan. Letupan terakhir pada 1999. Walau sudah tidak aktif, aroma belerang yagn tersapu angin masih tercium.
Berbeda dengan gunugn berapi lainnya yang cenderung berpasir di puncaknya, puncak Mahawu tampak hijau dan banyak tumbuhan. Saat di puncak, wisatawan dapat meliaht putihnya awan dan pemandangna di bawah yang menakjubkan. Selain itu, ada juga hutan lindung kecil yang dihiasi bunga warna-warni.

Bukit Doa Kelong
Bukit Doa Kelong dikenal juga dengan nama Bukit Doa Tomohon. Tempat ini merupakan salah satu obyek wisata alam sekaligus wisata religi. Keindahan alam yang berpadu dengna sejuknya udara pegunungan, membuat setiap pengunjung betah untuk berlama-lama di tempat ini. Tak heran, jika tempat ini menjadi salah satu tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan.
Tempat wisata alam dan religi ini sering dijadikan lokasi outbound, gathering, tempat permberkatan pernikahan, serta pesta pernikahan bernuanasa taman. Bukit Doa Kelong memiliki dau pintu masuk. Pintu masuk pertama hanay bisa dilalui dengna berjalan kaki karena ada lintasan prosesi jalan salib untuk mengenang peristiwa sengsara Yesus Kristus.
Sembari mendaki rute ini, wisatawan akan menemukan patung-patung perhentian jalan salib. Rute yang berkontur ini telah diaspal sehingga membantu wisatawan untuk menelusuri tangga-tangga asmpai ke puncak Via Dolorosa. Rute ini juga dikenal sebagai Jalan Salib Mahawu. Ada 14 lokasi perhentian dengan patung-patung yang terbuat dari besi. Melewati jalan ini, wisatawan seolah dibawa kembali ke masa sengsara Yesus.

Di puncak Via Dolorosa terdapat Kapel Bunda Maria. Menanjak lagi ke atas, terdapat The Grotto of Mother Mary. Gua Mahawu, dan amphiteater. Keberadaan amphiteater berbentuk setengah lingkaran dan terliahat seperti koloseum di Roma ini, membuat tempat ini tersa semakin spektakuler. Amphiteater ini biasa dijadikan lokasi pertunjukkan seni dan budaya, dan bisa pula dijadikan altar untuk peribadatan.

Selain itu, amphiteater sering digunakan untuk lokasi fotografi landscape hingga foto pre-wedding.
Pemandangan alam yang begitu indah, an tertata dengan rapi, menjadikan Bukit Doa Kelong bak sebuah magnet yang menarik setiap orang utnuk berkunjung ke tempat ini. [Sumber : Kompas,Kamis, 26 Oktober 2016 | Oleh : ACH]

▪◊⃝◊▪
Racikan Masa Kecil Sofia




Bahan-bahan segar yang dipetik dari bumi Nusantara melahirkan santapan lezat yang disajikan di Restoran Sofia The Gunawarman. Bahan segar yang diolah dengan sentuhan modern ini melahirkan hidangan yang sama sekali tidak asing. Meski disantap di restoran dengan nuansa interior klasik megah ala Eropa, kenyamanan rasa segera menyergap.

Ketika pertama kali mendengar bahan baku olahan makan seperti hati ayam atau lidah sapi, kening segera berkerut. Dalam memori ingatan sebagai orang Indonesia, hati ayam segera mengingatkan paa tusuk sate hati ayam yang disajikan di angkringan pinggir jalan atau mungkin bistik lidah sapi yang tersohor di warung tenda di solo.

౦௦௦౦
Berjibaku Menerobos Jalan Berlumpur



Saling Membantu
WARGA Desa Way Haru, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Kota Bandar Lampung, terbiasa berjibaku dengan jalan berlumpur. Untuk menjual hasil pertanian atau membeli bahan kebutuhan pokok ke pasar terdekat, warga harus melintasi sungai dan menyeberang dengan rakit serta menerobos jalan berlumpur di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Setidaknya ada 50 warga desa yang setiap minggu pergi ke pasar mengangkut hasil pertanian, seperti cabai, jahe, dan cokelat dari rumahnya menuju beberapa pengumpul di Pasar Way Heni, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat. Sebuah sepeda motor gunung (trail) rakitan menjadi rekan kerja andalan mereka. Sekitar pukul 07.00, mereka berangkat dari rumah melintasi jalan patroli di dalam kawasan TNBBS. Jalan tersebut terpaksa ditempuh karena merupakan akses satu-satunya bagi warga. Pada musim kemarau, warga lebih beruntung karena bisa melintasi pinggiran pantai untuk menghindari jalan berbatu. Waktu tempuh pun bisa lebih cepat, yakni hanya 1-2 jam. Namun, saat jalanan becek dan berlumpur pada musim hujan seperti sekarang, mereka membutuhkan waktu lebih dari 6 jam untuk menempuh jarak sekitar 25 kilometer. Mereka harus membelah jalan berlumpur berdinding tanah liat dan bebatuan dengan sepeda motor gunung. Nyali besar dan kepiawaian mengendalikan sepeda motor gunung menjadi modal utama. Mereka harus mampu mengendalikan motor agar tetap pada jalur di jalan berlumpur dan berbatu yang hanya selebar roda kendaraan. Ketegangan semakin bertambah karena mereka harus berkejaran dengan waktu. Tak jarang, mereka harus menginap di tengah hutan atau di desa lain ketika hari sudah gelap. Agar tak rugi, warga membawa paling sedikit 1 kuintal hasil pertanian dalam sekali angkut karena biaya akomodasi untuk membeli bensin dan oli sekitar Rp 60.000. Belum lagi untuk membayar sewa rakit Rp 10.000 dan membeli rokok Rp 20.000. Mereka juga biasanya berangkat dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3-5 orang. Itu dilakukan agar warga dapat saling membantu jika harus mendorong motor atau mengangkut motor di tengah perjalanan. [Sumber: Kompas, Minggu, 29 October 2017| Oleh : Vina OKtavia ]

(*_*)◦0◦

Ikan Darat, Rasa Melayang

Jalan-jalan ke Jambi, jangan lupa makan ikan. Ikan air tawar dari Sungai Batanghari nan megah. Cicipilah menu-menu lokal rumahan Jambi yang istimewa. Apalagi, sebagian masakan dahulu hanya muncul di momen tertentu saja. Kini, kita bisa setiap saat mencicipinya di restoran lokal yang merawat warisan kuliner tradisional itu.
#Bumbu untuk mengolah sajian masakan khas Jambi.
#Suasana di Rumah Makan Salma, Jalan Singadikane, Kota Jambi. Gambar diambil Selasa (19/9).
Beberapa menu dapat dengan mudah ditemukan dan dipesan di sejumlah restoran atau rumah makan. Sementara beberapa menu lain ada yang hanya muncul di acara atau momen spesial tertentu dan kalaupun ingin mencoba, pesanan harus dilakukan jauh-jauh hari. Entah karena bahan-bahannya rumit didapatkan atau lantaran cara memasaknya yang khusus dan memakan waktu. Dari pengamatan, ada banyak menu hidangan berbahan dasar utama ikan, terutama ikan air tawar, dapat dengan mudah ditemukan di Jambi. Hal itu boleh jadi lantaran Provinsi Jambi dialiri satu sungai besar dan terpanjang di Pulau Sumatera, Sungai Batanghari. Sungai dengan panjang sekitar 800 kilometer itu menjadi habitat bagi sedikitnya 76 jenis ikan konsumsi, seperti beberapa jenis ikan lele, ikan sepat, dan belut, ikan patin, ikan belida, serta ikan gabus. Salah satu restoran makanan khas Jambi terkenal, Rumah Makan Salma, punya setidaknya empat menu utama andalan berbahan utama ikan, seperti Tempoyak Kepala Ikan Toman, Brengkes, Pindang Patin, dan Oseng Ikan Teri Pulau. Sebelum diolah, ikan yang akan dimasak terlebih dahulu direndam dengan air perasan jeruk nipis. Tujuannya agar bau amis hilang. Selain menggunakan bumbu-bumbu dasar seperti cabai merah dan rawit, kunyit, daun sereh, gula, dan garam, Salma (56), pemilik rumah makan, menggunakan tempoyak, yang terbuat dari daging buah durian terfermentasi. Berbeda dengan cara memasak berbahan dasar tempoyak di Palembang, tempoyak toman khas Jambi tidak memerlukan tambahan irisan nanas untuk menghilangkan bau amis ikan. ”Sebelum ikan dimasukkan, bumbu-bumbu dan tempoyak terlebih dahulu ditumis bersama daun kunyit. Batang serehnya cukup digeprek. Air kemudian ditambahkan setelah semua bumbu tadi dan ikan dimasukkan ke dalam wajan. Semuanya dimasak bersama sampai matang,” ujar Salma. Sementara menu lain yang tak kalah khas dan unik adalah Brengkes atau biasa juga disebut Tempoyak Pepes Bakar. Bumbu-bumbunya sama persis dengan hidangan pertama, tetapi berbeda cara memasaknya. Ikan yang telah dibumbui dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus. Setelah matang, pepes ikan tempoyak itu masih harus dibakar lagi sehingga aromanya jauh lebih keluar dan terasa. Menu istimewa berikut adalah Oseng Ikan Teri Pulau, yang menurut Salma juga menjadi menu hidangan favorit suaminya, M Taher (57). Hampir setiap hari sang suami meminta dimasakkan hidangan itu, yang cara pengolahannya terbilang mudah, ikan teri pulau ditumis hanya dengan irisan bawang merah dan cabai hijau. Ikan teri itu berasal dari sentra pengolahan, Kampung Laut, di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Tak seperti biasa, ikan teri dari sentra ini tak digarami sehingga tak terasa asin. Ada beberapa ciri khas yang menjadikan RM Salma berbeda. Di tempat ini setiap sajian di atas meja akan selalu dilengkapi dengan tambahan sambal caluk dan lalapan. Selain itu, seluruh hidangan disajikan panas-panas dan segar layaknya masakan rumahan. Dalam sehari, Salma mengaku bisa menghabiskan sedikitnya enam kilogram ikan toman (ikan darat atau ikan air tawar). Selain ikan jenis itu, Salma juga menyajikan olahan ikan patin, yang juga biasa dimasak pindang. ”Sebagai variasi menu, kami juga menyediakan beragam jenis sayuran macam sayur asem dan cah kangkung. Juga ada pilihan menu lain seperti Pindang Toman, Ayam Goreng Panas, Gulai Ayam Kampung, dan Sup Ayam masakan khas Jambi. Kampung. Setiap hari porsi yang disajikan kami batasi agar tidak ada yang terbuang. Jadi masakan hari ini harus dimakan hari ini juga,” ujar anak dari Salma, Ida Zubaidah.
Menu langka
Setelah puas mencicipi beragam hidangan lezat ala masakan rumahan, beberapa menu hidangan berikut juga tak kalah menantang. Namun, sayang, tak semua orang bisa beruntung menemukan beberapa jenis menu berikut, terutama lantaran hidangan-hidangan itu hanya disajikan di saat momen tertentu, salah satunya pesta pernikahan atau acara adat lainnya. Keterangan itu diceritakan Ririn Novrianty, istri Wakil Bupati Muaro Jambi, saat bersama rombongan mengikuti jamuan makan siang istimewa di kediaman Abu Zar, Kepala Desa Muaro Jambi. Menu hidangan istimewa itu antara lain Ikan Senggung dan Sayur Gangan Belut. Selain di momen spesial, kedua menu juga biasa dihidangkan untuk menyambut tamu istimewa. Menu Ikan Senggung sebetulnya berupa ikan bakar biasa, yang disajikan sebagai teman lauk nasi dan sambal khas. Yang membuat istimewa adalah cara memasaknya, yang benar-benar membutuhkan waktu lama (slow cook) lantaran ikan dipanggang di atas api pembakaran kecil layaknya memasak lemang tapai. Sebelum dipanggang, ikan yang sudah dibersihkan bagian dalamnya terlebih dahulu dimasukkan ke dalam batang bambu lalu diikat kembali. Bagian sisik ikan sengaja tidak dibersihkan atau dihilangkan untuk menghindari bagian dagingnya terlalu masak atau bahkan gosong. Ikan yang digunakan biasanya jenis gabus atau toman. ”Lamanya memasak sesuai dengan besarnya ikan. Semakin besar, maka akan semakin lama matangnya. Untuk ikan yang seukuran 1,5 kilogram hingga yang sebesar lengan orang dewasa lama prosesnya sembilan jam hingga tiga hari. Ikan itu dipanggang di atas api kecil seperti memasak lemang,” ujar Ririn. Ikan biasanya tidak dibumbui dan hanya digarami. Baru saat dimakan, ikan disajikan dengan nasi panas yang dikukus dan dibungkus dalam daun pisang bersama sambal khas Jambi, sambal cecang. Sambal itu dibuat dari irisan bawang dan cabai merah, yang dicampur dengan asam jawa yang dilarutkan dalam air hangat. Rasanya tentu saja pedas dan asam menyegarkan. Cocok dengan aroma khas daging ikan yang dibakar. Biasanya hidangan ini disajikan dengan menu istimewa lain, Gangan Belut, semacam sayur gulai bumbu kuning dengan daging belut. Selain bersantan, yang menjadikannya istimewa adalah campuran rempah yang jumlahnya mencapai 99 jenis. Beberapa di antaranya jahe, kunyit, laos, ketumbar, cabai rawit, tomat, asam kandis, dan bawang. Selain itu, masih ada tambahan beragam jenis daun seperti daun kunyit, daun jeruk purut, daun pucuk sikentut, daun pucuk pakis, dan daun ruku-ruku. Biasanya juga ditambahkan potongan terong dan pare. Sebelum dipotong-potong dan dimasak gulai bersama beragam bumbu dan daun-daunan tadi, daging belut terlebih dahulu dibersihkan, ditusuk sate, dan dibakar di atas bara api. Aroma daging belut bakar yang khas berpadu lezat dengan kuah gulai kuning yang segar serta sedikit rasa pahit dari potongan pare. Sayur gulai ini cocok dinikmati dengan nasi panas dan tambahan sambal sebagai pelengkap kenikmatan. Duh, sedapnya. [Sumber: Kompas 29 October  2017 | OLEH IRMA TAMBUNAN/WISNU DEWABRATA ]
◦0◦
                    

Comments

Popular Posts