Bersantai, Memandang Jakarta dari Atas

Belantara gedung tinggi Ibu Kota yang menjemukan di siang hari berubah menawan dengan kerlap-kerlip lampunya di waktu malam. Semakin memikat jika pemandangan semarak dan magis itu bisa dinikmati dari langit. Sejumlah hotel bertingkat jamak pun menangkap peluang itu dengan menyediakan tempat "nongkrong" di ketinggian.
Lift mengantar naik setinggi 300-an meter ke lantai 67 dari Gama Tower, Selasa (17/10) sore. Perjalanan berlanjut dengan anak-anak tangga untuk naik satu lantai lagi. Dari balik dinding kaca, gedung-gedung pencakar langit tampak mungil dan pendek. Maklum, Gama To- wer di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, itu adalah bangunan tertinggi se-Indonesia saat ini, dengan tinggi 308 meter. Di lantai 68 di area dapur, Head Chef Henshin, Hajime Kasuga, dengan telapak tangannya mengemas beragam bahan segar menjadi nigiri. Ikan kuwe dan ikan salmon segar. Gerakan tangan dan sebagian tubuhnya mengikuti irama lagu khas Peru yang terdengar dari pengeras suara. Setelah kepalan nigiri dengan tampilan menarik itu siap di atas piring, Hajime memanggangnya menggunakan torch, dengan teknik bernama Aburi. Tontonan atraktif sekaligus membuat air liur nyaris menetes karena ingin segera mencicipi karya Hajime. Henshin adalah bar dan restoran di Hotel The Westin. Hotel ini menempati 20 lantai teratas Gama Tower dan Henshin berlokasi di lantai 67-69 atau tiga lantai paling puncak gedung itu. Di Henshin, Anda bisa mendapatkan segalanya: makanan yang tidak akan gagal memuaskan indera pengecap, suasana santai untuk mengobrol, dan tentunya pemandangan memikat lanskap Jakarta di sekeliling Henshin. Henshin adalah restoran dan bar yang pertama kali memperkenalkan santapan Nikkei, makanan dengan kombinasi cita rasa Jepang dan Peru. Hajime memprovokasi untuk mencicipi semangkuk Chebiche. Kali ini, ia menyajikan varian menu Chebiche Clasico yang antara lain terdiri dari potongan dadu ikan seabass mentah nan segar yang diacar (marination) selama setidaknya lima menit menggunakan lemon dan jeruk nipis, butiran jagung renyah (popcorn) khas Peru, serta potongan jagung semi (baby corn). Meski hanya pelengkap, jangan lewatkan popcorn khas Peru dan jagung seminya yang menambah kenikmatan sajian bercita rasa asam. ”Saus Chebiche kami sebut tiger’s milk (susu harimau) karena saat Anda meminum sausnya, Anda akan kuat seperti harimau,” ujar Hajime semakin memengaruhi. Bagi dia, Chebiche adalah sajian terbaik sepanjang masa. Orang Peru biasa menyantap menu ini 3-4 kali seminggu. Setelah memuaskan lidah dan perut dengan santapan Nikkei, Anda bisa berlanjut minum di area luar ruang di lantai 67. Food and Beverage Manager The Westin Jakarta Luis Debellis mengatakan, tempat makan di lantai 68 berkapasitas 60 orang. Bar buka pukul 17.00-01.00 (Jumat-Sabtu sampai 02.00), restoran pukul 18.00-23.00 (Jumat-Sabtu hingga 24.00).
K22 Fairmont
Pemandangan menawan kawasan Senayan dari ketinggian disajikan bar luar ruang Hotel Fairmont. Dari total 32 lantai di hotel, Bar K22 di lantai 22, berseberangan dengan resto The View. Dari K22, Anda bisa melihat Gelora Bung Karno. Angin berembus lumayan kencang di K22. Penerangan diatur pada level remang-remang. Genre musik yang dimainkan mendukung suasana mengobrol santai bersama rekan. Keindahan panorama Jakarta makin lengkap malam itu dengan hadirnya bulan purnama di langit. Director of Marketing Communications Fairmont Jakarta Felicia Setiawan menuturkan, K22 terbuka untuk umum dan tak hanya untuk tamu hotel. Konsumen K22 kebanyakan pekerja kantoran di sekitar Fairmont yang ingin nongkrong sepulang kerja. ”Lantai 22 ini tidak terlalu tinggi sehingga kita masih merasa menjadi bagian dari pemandangan kota,” ujarnya. K22 berkonsep terrace bar dengan suasana rileks. Pengelola sengaja memilih tidak memainkan jenis musik yang mengentak dan bervolume keras karena ingin mempertahankan nuansa santai. Karena berkonsep bar, K22 lebih banyak menyediakan makanan ringan dibanding makanan berat, yang sifatnya lebih untuk teman minum. K22 buka setiap hari pukul 17.00 hingga tengah malam.
BART Artotel

Tak harus menjadi bar yang sangat tinggi untuk bisa menyajikan keindahan lanskap Jakarta di waktu malam bagi para pengunjungnya. BART, misalnya, hanya berlokasi di lantai tujuh karena lantai ini puncak atau rooftop Hotel Artotel Jakarta. BART merupakan akronim dari Bar at the Rooftop. ”Saya sering banget ke sini, karena ini kayak first top choice for rooftop bar,” kata tamu BART Anggie Riani Thamrin (27). Anggie kerap ke BART sejak bar dibuka tahun 2014 karena menyukai pemandangan Ibu Kota dari lantai puncak Artotel. Ia bisa melihat matahari tenggelam yang kemudian berganti dengan kerlap-kerlip lampu gedung-gedung bertingkat di sekitar. Suasana BART begitu nyaman. ”Pengaturan tema musiknya bagus banget,” ujarnya. Andri Meilani, Assistant Manager Marketing Communication Artotel Group, mengatakan, BART berkapasitas 100 orang, buka setiap hari pukul 17.00-24.00. Nah, Anda tertarik menghabiskan malam di ketinggian sambil menikmati panorama Jakarta?  [Sumber : Kompas, Sabtu , 21 October 2017 | OLEH : JOHANES GALUH BIMANTARA]

Comments

Popular Posts