Lukisan Goa di Maros yang Menakjubkan
INDONESIA memang baru berusia 72 tahun. Namun, peradaban yang mendiami wilayahnya bisa
ditelusuri hingga 40 ribu tahun yang lalu. Pegunungan karst yang membentang di
Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, mengungkapnya.
Deretan
pengunungan karst yang menjulang tinggi di wilayah ini menyisakan ratusan goa
dengan berbagai macam tinggalan arkeologis. Pada akhir 2014, dunia pun
digemparkan dengan fakta baru yang mengungkapkan usia lukisan goa di Maros
mencapai minimal 39.900 tahun. Tepatnya lukisan babi rusa yang ada di Leang
Timpuseng. Sebelumnya, usia seni batu cadas itu diperkirakan tak lebih tua dari
10.000 tahun.
Artinya,
lukisan goa di Maros berada pada periode masa yang sama dengan lukisan goa di
Eropa, atau bahkan bisa jadi lebih tua. Selama ini diyakini lukisan goa tertua
di dunia ada di goa El Castillo, Spanyol, yang tercatat berusia minimun 40.800
tahun.
Lukisan goa
ini berada di kawasan Taman Prasejarah Leang-leang, Kecamatan Bantimurung,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berjarak sekitar sejam dari Makassar, taman
prasejarah ini kerap menjadi persinggahan wajib bagi siapa pun yang melancong
ke kota pelabuhan itu. Perjalanan ke pegunungan karst ini pun ibarat memasuki
mesin waktu yang memutar kembali lembaran sejarah.
Prasejarah
Hamparan
taman dengan batu-batu hitam berdiri tegak menyambut langkah kala pertama
memasuki kawasan ini. Setiap lekuk batu yang terukir oleh alam itu
memperlihatkan bentuk yang khas dan unik. Itu sebabnya taman batu ini menjadi
spot favorit bagi wisatawan untuk sejenak mengabadikan diri.
Taman batu
ini mengantarkan langkah menuju Leang Petta Kere, salah satu goa yang dibuka
untuk umum. Berada di ketinggian 45 meter di atas permukaan laut dan 10 meter
di atas permukaan laut, perlu meniti tangga yang terbilang tinggi untuk
mencapai mulut goa. Sesampai di mulut goa, langkah kaki harus kembali
dipanjangkan. Mencari celah untuk berpijak, memanjat batu setinggi dua meter,
hingga mencapai satu bidang yang hanya cukup untuk dua pasang kaki orang dewasa
berdiri. Dari titik inilah, lukisan seni cadas di dinding goa terlihat. Ada
gambar babi rusa dan telapak tangan yang menghiasi. Di area ini juga ditemukan
alat serpih bilah dan mata panah.
Sementara di
Leang Pettae, lukisan dinding goa lebih mudah dilihat karena letaknya yang
cukup terbuka. Di dalam goa ini ditemukan lima gambar telapak tangan, satu
gambar babi rusa, berbagai serpih bilah, dan kulit kerang yang menempel pada
dinding mulut goa yang menjadi bukti dulunya kawasan itu tertutup air laut.
Masuk lebih
jauh ke perut goa, terdapat sebuah area yang cukup lapang. Cahaya yang merekah
dari celah goa memberi secercah terang pada area yang terbilang gelap dengan
suhu rendah ini. Petugas resmi dari Taman Prasejarah Leang Leang yang menemani
saat menyambangi goa-goa ini menerangkan, area lapang itu diperkirakan menjadi
tempat utama bagi para penghuni beraktivitas dan berdiang.
Total ada
138 goa prasejarah yang tersebar di area Taman Prasejarah Leang-leang. Sebanyak
93 goa memiliki lukisan seni cadas yang selalu mengundang para peneliti
menyambanginya setiap tahun. Lukisan seni cadas itu dibuat dari racikan daun
dan kulit kayu yang ditumbuk, lalu dikunyah dan disemburkan ke tangan sehingga
membentuk cap tangan.
Wilayah
karst yang juga terbesar nomor dua setelah China ini memang menjadi
laboratorium hidup sejak pertama kali diungkap pada 1950. Tak hanya mengundang
rasa ingin tahu para ilmuwan, orang dari berbagai latar belakang juga terdorong
untuk mengintip sekelumit kehidupan manusia purba lewat goa-goa ini.
Ekspresi
Lukisan
cadas merupakan salah satu bentuk ekspresi tertua dalam peradaban manusia.
Manusia purba menciptakan beberapa jenis bentuk gambar, sebagian dengan goretan
sederhana dan sebagian lain terbilang lebih rumit. Anatomi tubuh, binatang, dan
benda-benda alami yang ditemui di sekitar wilayah dituangkan ke dalam bentuk
gambar. Motif-motif gambar ini menceritakan pengalaman, proses kehidupan,
ataupun pengetahuan manusia goa pada masa itu.
Seni lukis
cadas peninggalan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan ini pun bisa
ditemui di tiap-tiap benua. Di Indonesia, lukisan goa prasejarah ditemukan di
beberapa tempat. Di wilayah Sulawesi Selatan, selain Leang Leang, lukisan goa
prasejarah juga bisa ditemukan di Rammang-rammang dan Pangkajene. Selain itu,
ada di Sulawesi Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Ditemukannya
goa-goa prasejarah ini menambah panjang deretan wilayah di Indonesia yang
memiliki makna penting dalam peta sejarah dunia. Indonesia memang belum berusia
seabad. Namun, negara ini punya kaitan sejarah dengan momentum-momentum penting
dalam sejarah peradaban dunia. Sebut saja dalam jalur perjalanan sutera, jalur
rempah dunia, hingga penjelajahan Sir Arthur Wallacea yang fenomenal. Dan kini,
Indonesia membuktikan bahwa peradaban tertua di dunia bukan milik Eropa semata.
[Sumber : Kompas, Rabu, 25 Oktober 2017 hal: 23 | Oleh :ADT Foto-foto dokumen Tommy B. Utomo dan Iklan
Kompas/Rany Adityasari]
Comments