Tersihir Pesona Tebing Sungai Nif


Bau belerang mulai terendus setelah lebih dari separuh perjalanan menyusuri Sungai Nif di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Suhu air pun terasa tak begitu dingin apabila dibandingkan kala pertama kali kaki menyentuh air, sekitar 700 meter sebelumnya. Deretan tebing elok yang menanti di depan menggugah rasa penasaran.
Langkah kaki terhambat hamparan bebatuan hitam padat sepanjang badan sungai yang hanya sebagian sisinya dilewati air itu. Beruntung arus tak begitu deras dan kedalamannya kurang dari setengah meter. Warna air pun tak keruh sehingga melangkahkan kaki dari batu ke batu yang terbenam di bawah permukaan air menjadi mudah. Debit air sungai di Dusun Nif, Desa Dawang, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku, September lalu, menyusut lantaran hutan di hulu sudah gundul. Kondisi itu tak juga menghentikan aktivitas penebangan pohon. Deru mesin pemotong kayu terdengar di antara riak air. Perjalanan itu menghabiskan waktu hampir 35 menit. Hujan yang tadinya rintik pun menjadi lebih deras. Kendati tanpa payung atau mantel, kami tak mundur. Hujan sepertinya mengalah dengan tekad untuk terus melangkah menuju tebing yang tinggal terpaut 300 meter itu. Hujan akhirnya reda. Bau belerang yang semakin menyengat hidung menghentikan langkah pada belasan meter dari kaki tebing. Tebing yang dari kejauhan terlihat berdinding rata tegak lurus kini menunjukkan rupa aslinya. Sebagian sisi berbentuk goa. Ada juga tebing terpisah dari dinding utama yang menyerupai piramida. Ketinggiannya sekitar 20 meter dengan diameter sekitar 7 meter. Karena bentuknya itu, ada yang menyebut menara alami. Bentuk piramida itu diduga karena proses alami yang terjadi selama ratusan ribu, bahkan jutaan tahun lalu. Pengunjung berdecak kagum. Mereka lalu mengeluarkan kamera dan telepon genggam untuk memotret kumpulan tebing. Tentu, tak lupa juga berswafoto.
Mata air panas
Di sisi lain, ada semacam gerbang masuk deretan tebing setelah menyeberangi aliran air selebar 4 meter dengan kedalaman 50 sentimeter. Saat diraba, dinding tebing itu berupa tanah kapur. Pengunjung kembali memotret dan berswafoto di gerbang itu. Ternyata, berfoto di dalam jajaran tebing dengan latar belakang langit biru dan bukit hijau paling diminati. Di dalam gerbang menyembul mata air dengan uap panas di beberapa titik. ”Dosen dari Ambon bilang, panasnya 95 derajat celsius. Telur ayam dimasukkan di sini, lima menit kemudian bisa langsung masak,” kata Jen Tueka (47), kepala Dusun Nif, yang menemani perjalanan Kompas bersama tim media dari Tour de Moluccas, kegiatan balap sepeda internasional yang digelar Pemerintah Provinsi Maluku. Jen adalah pemilik hak ulayat areal itu. Jen yang kerap mengantar wisatawan dan peneliti ke lokasi itu mengatakan, berpose di dalam jajaran tebing merupakan hal yang paling diburu pengunjung. Tebing yang terbelah hingga membentuk piramida atau menara alami itu menjadi salah satu foto yang dipamerkan dalam Tour de Moluccas. Sekitar 200 meter dari tebing ada genangan air hangat yang terbentuk di tengah aliran Sungai Nif. Membenamkan diri dalam air hangat itu menjadi semacam ”bonus” bagi pengunjung setelah berjuang keras mencapai jajaran tebing tersebut. Air bercampur belerang yang menyembur dari bawah diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Banyak warga Bula, ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur, datang ke lokasi yang berjarak lebih kurang 8 kilometer dari Bula itu. Camat Teluk Waru Tutiek Menyulu mengatakan, wisatawan masih enggan datang ke lokasi wisata itu mengingat akses belum memadai. Dari jalan utama, pengunjung harus melewati jalan tanah sejauh empat kilometer kemudian menyusuri badan sungai dan jalan berbatu sejauh 400 meter. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri aliran sungai lebih kurang 1 kilometer. Tebing kapur dan mata air panas Nif telah diusulkan ke dinas pariwisata setempat agar dimasukkan ke dalam daftar destinasi wisata. Namun, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah setempat. Selain akses harus dibenahi agar lebih mudah dicapai, di sekitar lokasi terdapat bekas sumur minyak peninggalan kolonial yang harus dibersihkan karena masih mengalirkan air bercampur minyak bumi.
Promosi
Bupati Seram Bagian Timur A Mukti Keliobas mengatakan telah meminta dinas pariwisata mendata semua lokasi wisata di daerah itu. Dalam acara makan malam bersama peserta balap sepeda Tour de Moluccas, Selasa (19/9), Mukti memperkenalkan sejumlah lokasi wisata setempat melalui tayangan video singkat. ”Sampaikan salam dari kami kepada keluarga, sahabat, dan kenalan di negara tuan masing-masing. Kami selalu menanti dan merindukan kedatangan tuan-tuan di sini,” kata Mukti. Balap sepeda bertema wisata tersebut diikuti peserta dari 20 negara di kawasan Asia dan Eropa. Mukti menyadari, salah satu kendala pengembangan wisata adalah akses transportasi dari Ambon, ibu kota provinsi, ke Bula. Saat ini, penerbangan hanya bisa dilayani pesawat ATR 42 berkapasitas 40 penumpang dengan jadwal tiga kali seminggu. Lama penerbangan dari Ambon di dinding bukit batu yang berdiri di tepi Sungai Nif, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Tempat itu merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi warga lokal. Akses yang sulit serta promosi yang kurang menyebabkan wisatawan dari luar daerah belum banyak mengenal lokasi itu. Foto diambil pada akhir September lalu. ke Bula sekitar 45 menit. Menurut rencana, panjang Bandar Udara Kufar di Bula yang kini 1.200 meter akan ditambah menjadi 1.500 meter pada 2018. Hal itu membuka peluang masuknya maskapai dengan jenis pesawat lebih besar dan frekuensi penerbangan semakin banyak. Wisatawan pun akan lebih mudah mengunjungi Seram Bagian Timur, tak sebatas menikmati tebing dan air panas di Nif yang memesona itu. Lihat Video Terkait ”Tersihir Polesan Tebing Sungai Nif” di kompas.id [Sumber : Kompas, Jumat, 27 October 2017 | Oleh :  FRANS PATI HERIN ]

Goa

Comments

Popular Posts