Atambua
ATAMBUA adalah kepingan
zamrud di ujung negeri. Di sini kita dapat mengkhidmati alam di padang sabana
yang menenteramkan, merasakan energi bebas dari kuda-kuda liar yang
berkeliaran, atau menatap merahnya mentari yang tenggelam di ufuk barat. Jangan
lupa
Atambua memang
menyimpan sejuta pesona. Setiba kaki menginjak di Bandara AA Bere Talo di
Haliwen, Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, awal Agustus lalu, tak
sabar rasanya segera menjelajah salah satu wilayah yang berbatasan dengan
negara Timor-Leste ini. Di bulan Agustus ini, suasana kemerdekaan terasa lekat
meski kelamnya perang saudara pernah hinggap di sini.
Kamis (3/8)
09.00 WITA PLBN
Berjarak 24
kilometer dari pusat kota Atambua, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Desa
Silawan, Tasifeto Timur, dengan mudah ditemukan. Pintu gerbang besar, bangunan
megah, lengkap dengan tulisan PLBN Motaain menjadi daya tarik untuk berswafoto.
Sekitar 500 meter dari gerbang terakhir adalah pintu gerbang memasuki negara
tetangga, Timor-Leste. PLBN yang rata-rata dilintasi 150 orang setiap hari ini
memang menjadi obyek wisata baru. Mereka yang datang ke Atambua selalu
menyempatkan diri berkunjung ke PLBN. Selain bangunan yang megah, ”mengintip”
wilayah Timor-Leste adalah sebuah nilai lebih saat berkunjung ke pos ini. Jangan
lupa menyapa saudara-saudara kita dari Timor-Leste yang menyeberang ke
Indonesia.
14.00 WITA Teluk
Gurita
di Pantai
Sukaerlaran, Atapupu (atas). Penenun di Kampung Haliwen (kanan Bawah). Kolam
Susuk (kiri). 1 akan disambut dengan senyum hangat, sapaan riang, bahkan
anak-anak akan mencium tangan. Selain mendapatkan harga kain yang jauh lebih
murah, rasa hangat persahabatan yang tulus dari warga akan menjalar di hati.
Percayalah.
15.00 WITA Fulan
Fehan[Sumber :Kompas 3 Sep 2017 |OLEH SAIFUL RIJAL YUNUS]
◦◊◦
Comments