Batas RI-Malaysia Jadi Lapangan Golf
PONTIANAK, — Pengusaha Malaysia membangun lapangan
golf di batas teritorial RI-Malaysia patok F 210. Patok itu berada di Desa Pala
Pasang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kepala
Penerangan Kodam XII/Tanjungpura Kolonel (Inf) Tri Rana Subekti, Selasa (25/7),
menjelaskan, temuan patok itu awalnya dari citra satelit yang diolah topografi
Kodam Tanjungpura. Setelah itu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan 131 TNI
diperintahkan untuk berpatroli. ”Pada 19 Juli, Satgas Pengamanan Perbatasan
berpatroli bersama Briged 3 Malaysia menuju lokasi itu untuk mengecek kondisi
yang dimaksud. Waktu tim berpatroli tiba di lokasi, ditemukan patok itu tepat
berada di tengah lapangan golf Hotel Borneo milik pengusaha Malaysia,” kata
Tri. Luas wilayah tapal batas RI yang menjadi lapangan golf itu belum diketahui
persis. Namun, sudah dipastikan patok itu tepat berada di tengah lapangan golf
yang dibangun pengusaha Malaysia. Pihak Malaysia pun sudah mengetahui hal itu
karena berpatroli bersama TNI saat itu. ”Kodam XII/Tanjungpura sudah melaporkan
hal itu kepada pusat. Secara garis komando, kami hanya melaporkan hal itu
kepada pusat. Selanjutnya, pusat yang akan meneruskan menyelesaikan dengan
Malaysia,” kata Tri. Sengketa batas teritorial RIMalaysia sudah beberapa kali
terjadi. Pada 2014 Malaysia pernah membangun rambu suar di wilayah Tanjung
Datu, Dusun Camar Bulan, Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
Malaysia membangun menara lampu rambu suar di jarak 400 meter dari perbatasan
yang masuk dalam wilayah Indonesia. Tak hanya itu, pada 2011 terjadi pergeseran
patok di Camar Bulan, Kabupaten Sambas.
Perkuat diplomasi
Pengamat politik dari Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Jumadi menilai kasus itu menunjukkan permasalahan tapal batas RI-Malaysia
sesungguhnya belum selesai. Hal itu terjadi karena Malaysia tidak ada
kesungguhan untuk membahas. Selain itu, diplomasi Indonesia juga dinilai masih
lemah. Maka, ke depan perlu ada diplomasi yang lebih intensif dan tegas.
Apalagi, ini menyangkut kedaulatan negara. Ketidaktegasan membuat ada
pihak-pihak tertentu yang berbuat semaunya di perbatasan. Masalah tapal batas
ini jangan dibiarkan sebab ini akan menjadi masalah terus siapa pun yang
menjadi pemimpin jika tidak segera diselesaikan. Bahkan, jika masalah ini terus
terulang, akan mengganggu hubungan politik dan ekonomi kedua negara. ”Mengapa
proses pembuatan lapangan golf itu sampai tidak terdeteksi di awal. Padahal,
prosesnya kan membutuhkan waktu lama, mulai dari pembukaan lahan sampai proses
selesai. Mungkin karena keterbatasan personel,” ujar Jumadi. Ia menegaskan,
selain memperkuat diplomasi, pemerintah juga perlu terus mendorong pembangunan
infrastruktur di perbatasan. Selama ini, sudah ada perbaikan wajah perbatasan,
tetapi tetap perlu ditingkatkan lagi, terutama terkait akses menuju daerah
tapal batas, sehingga akses petugas keamanan bisa mudah. Mufti Makarim, analis
keamanan dan pertahanan dari Lokataru, menuturkan, diplomasi yang dilakukan
Pemerintah Indonesia selama ini tak berwibawa. Diplomasi berwibawa itu adalah
bisa menyampaikan pesan secara tegas.[ Kompas, Rabu ,26 Juli 2017 Hal 22]
Comments