Eksotika Pakistan
pun mengecek bagasi dan segera memasuki kendaraan minibus. Di area depan bandara terlihat beberapa pria bersenjata. banyak juga warga yang datang menjemput sanak keluarga mereka yang pagi itu tiba di Islamabad.
Selintas, kesan yang tertangkap di bandara dan jalanan di Islambabad memang seperti foto-toto yang biasa kita temui di internet yang menggambarkan Republik Islam Pakistan yang konservatif. Kemunculan tentara dan polisi bersenjata di beberapa lokasi menggambarkan kewaspadaan negeri itu atas ancaman teror bom yang sering dilakukan kelompok-kelompok militan bersenjata, seperti Taliban.
Kota Islambad yang berpopulasi 2 juta jiwa tersebut dibangun pada tahun 1960, dan kemudian menggantikan Karachi, sebagai ibu kota Pakistan. Gedung-gedung pemerintahan berdiri megah dengan jalanan kota yang lebar dan panjang. Tak banyak kemacetan terjadi, hanya sesekali perempatan jalan, tetap terkadang menyelipkan kekhawatiran karena inseden kekerasan yang sering kita baca di berita-berita, terkadang terjadi di pusat-pusat keramaian.
Namun kekhawatiran itu perlahan pupus setelah kami tahu bahwa kami, enam wartawan Indonesia, dikawal enam bodyguard, pria-pria Pakistan berbaju kurta yang membawa senjata otomatis terselip di balik baju kurta mereka. Belakangan kami baru tahu kalalu mereka ini berasal ari pasukan khusus Pakistan.
Setelah merasa aman, pancaindra pun mulai merasakan detak kehidupan Pakistan. Jalanan besar yagn megah dan jalanan sempit yang berdebu di Islamabad. Truk-truk dengan lukisan unik berwarna-warni, bus-bus kota yang dibagian pengemudinya tanpa pintu tertutup, pria-pria bersepeda motor keluaran tahun lama, suara kalkson kendaraan, beberapa perempuan terlihat aktiv mengemudikan mobil, anak-anak bersepeda, dan pedagang di jalanan.
Seketika itu pula terasa denyut petualangan di Pakistan yang eksotik. Kunjungan ke masjid dan makam Bari Imam di Desa Noorpur Shahan, Islamabd, yang juga dipadati pengunjung warga lokal menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati Pir Sayyid Abdul Latif Shan Qadiri Qalandari yagn dikenal sebagai tokoh suci yang mampu mengubah perilaku masyarakat Noorpur Shahan dari yang semula penjahat, pencuri, perampok, dan segala perilaku buruk lainnya, menjadi manusia yang lebih baik.
Begitu pula ketika kami mengunjungi makam Syed Abdullah atau dikenal dengan nama Hazrat Syedena Abdullah Shah Ghazi di Karachi. Banyak warga datang dan mendoakan.
Masyarakat Terbuka
Berjalan-jalan malam di Jinnah Market, Islambad, salah satu hal yang menyenangkan. Banyak restoran atau kafe yang buka hingga lewat tengah malam. Hal yang tidak kami duga saat kami makan malam di sebuah restoran china di area ini, banyaknya kelompok remaja putri yagn makan di restoran hingga nyaris tengah malam.
Sebelumnya tak terbayang perempuan-perempuan muda di Negara Islam Pakistan bsia ke luar rumah hingga tengah malam, tetapi ternyata masyarakat pakistan sangat terbuka dan moderat. Remaja-remaja putri pun punya kebebasan untuk megnirup udara malam di restoran ataupun kafe.
Dengan penduduk 210 juta jiwa dan 90 persennya Muslim, situasi masyarakat Pakistan persis seperti di Indonesia dengna keanekaragamannya. Di sebelah barat-selatan Pakistan adalah negara Iran, sedangkan di barat-utara berbatasan dengan Tajikistan, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan India.
Tokoh parlemen Pakistan, Mushahid Hussain Sayed, mengatakan, Pakistan sebenarnya negara yang moderat, buka nnegara konservatif. Karena itu, Pakistan kini berusaha mengikis citra konservatif tersebut.
Ketika kami di sebuah restoran besar, Monal, di wilayah Islamabad ataupun di restoran Kolachi di Karachi untuk menikmati santap malam, situasi di kedau restoran itu sangat menyenangkan. Kami seperti sedang tidak berada di negara rawan konflik. Situasi di restoran Monal terasa seperti di Puncak, Jawa Barat, di ketinggian bukit berhawa dingin di malam hari. Sementara itu, suasana hangat di restoran Kolachi pun terasa seperti di Uluwatu, Bali, di ujung tebing dengan pemandangan laut lepasa Samudra Hindia.
Tidak hanya masyarakat yang moderat dan terbuka, warga Pakistan pun juga terus belajar. Sejak kanak-kanak mereka diajak mempelejari warisa nbudaya masa lampau. Dua musuem yang kami kunjungi, Heritage Museum Lok Virsa, Islamabad an Taxila Museum, ramai dikunjungi murid-murid sekolah. Wajah-wajah eksotik kanak-kanak Pakistan itu antusias mencari tahu sejarah benda-benda yang dipajang di balik kotak-kotak kaca dalam museum tersebut.
"Dengan ke museum, kita menjadi tahu kehidupan orang di zaman dulu," kata Reyyan Ali Khan, siswa kelas VII Bahria Collage Islambad.
Tempat bersejarah yang juga wajib untuk dikunjungi adalah rumah serta makam pendiri negara Pakistan, Mohamad Ali Jinnah, di Karachi. Makam yang diberi nama Jinnah Mausoleum atau Mausoleum Nasional selalu ramai pengunjung. Warga Pakistan tak melupakan masa lalu, tak melupakan perjuangan Bapak bangsa mereka.
Wajah-wajah ramah pun menyapa kami ketiak tiba di rest area M-3 dalam perjalanan dari Islambad menuju kota Lahore di Provinsi Punjab. Di area ini para pengemudi dan penumpang bus ataupun kendaraan-kendaraan pribadi ini, beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang mereka.
Meskipun lelah, wajah-wajah eksotik dan senyum ramah tetap menghiasi lensa kamera kami. Mereka langsung tersenyum ketika kami meminta izin untuk mengambil foto. Ramah kepada orang-orang asing bahkan antusias berkenalan, biasa dilakukan oleh generasi muda Pakistan.
Di tengah pergulatan mengatasi persoalan domestik, seperti serangan teror Taliban ataupun sengketa wilayah Jammu dan Kashmir dengan India, Pakistan terus berupaya membuka diri, menerima kenyataan bahwa dunia telah berubah. Anak-anak muda Pakistan pun berbenah diri, menjadi manusia yang produktif dan kreatif di negeri eksotis Pakistan...[Sumber:Kompas,Minggu,3 December 2017|Oleh: ELOK Dyah Messwati]
#Suasana kota Karachi, Pakistan
#Burung-burung terbang di senja hari di kota Karachi, Pakistan.
#Suasan Jinnah Maosoleum/Makam Muhamad Ali Jinnah.
#Rumah peninggalan bapak pendiri negara Pakistan, Muhammad Ali Jinnah di Karachi yang kini dijadikan museum.
#Heritage Museum Lok Virsa Islamabad, Pakistan.
#Anak kecil bersepeda di jalanna sempit di kekat masjid dan makam BAri Imam di Islamabad, Pakistan.
#Mengunjungi makam tokoh suci Syed Abdullah atau dikenal dengan nama Hazrat Syedena Abdullah Shan Ghazi, di Karachi. Banyak warga datang dan mendoakan.
Namun kekhawatiran itu perlahan pupus setelah kami tahu bahwa kami, enam wartawan Indonesia, dikawal enam bodyguard, pria-pria Pakistan berbaju kurta yang membawa senjata otomatis terselip di balik baju kurta mereka. Belakangan kami baru tahu kalalu mereka ini berasal ari pasukan khusus Pakistan.
Setelah merasa aman, pancaindra pun mulai merasakan detak kehidupan Pakistan. Jalanan besar yagn megah dan jalanan sempit yang berdebu di Islamabad. Truk-truk dengan lukisan unik berwarna-warni, bus-bus kota yang dibagian pengemudinya tanpa pintu tertutup, pria-pria bersepeda motor keluaran tahun lama, suara kalkson kendaraan, beberapa perempuan terlihat aktiv mengemudikan mobil, anak-anak bersepeda, dan pedagang di jalanan.
Seketika itu pula terasa denyut petualangan di Pakistan yang eksotik. Kunjungan ke masjid dan makam Bari Imam di Desa Noorpur Shahan, Islamabd, yang juga dipadati pengunjung warga lokal menunjukkan bahwa mereka sangat menghormati Pir Sayyid Abdul Latif Shan Qadiri Qalandari yagn dikenal sebagai tokoh suci yang mampu mengubah perilaku masyarakat Noorpur Shahan dari yang semula penjahat, pencuri, perampok, dan segala perilaku buruk lainnya, menjadi manusia yang lebih baik.
Begitu pula ketika kami mengunjungi makam Syed Abdullah atau dikenal dengan nama Hazrat Syedena Abdullah Shah Ghazi di Karachi. Banyak warga datang dan mendoakan.
Masyarakat Terbuka
Berjalan-jalan malam di Jinnah Market, Islambad, salah satu hal yang menyenangkan. Banyak restoran atau kafe yang buka hingga lewat tengah malam. Hal yang tidak kami duga saat kami makan malam di sebuah restoran china di area ini, banyaknya kelompok remaja putri yagn makan di restoran hingga nyaris tengah malam.
Sebelumnya tak terbayang perempuan-perempuan muda di Negara Islam Pakistan bsia ke luar rumah hingga tengah malam, tetapi ternyata masyarakat pakistan sangat terbuka dan moderat. Remaja-remaja putri pun punya kebebasan untuk megnirup udara malam di restoran ataupun kafe.
Dengan penduduk 210 juta jiwa dan 90 persennya Muslim, situasi masyarakat Pakistan persis seperti di Indonesia dengna keanekaragamannya. Di sebelah barat-selatan Pakistan adalah negara Iran, sedangkan di barat-utara berbatasan dengan Tajikistan, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan India.
Tokoh parlemen Pakistan, Mushahid Hussain Sayed, mengatakan, Pakistan sebenarnya negara yang moderat, buka nnegara konservatif. Karena itu, Pakistan kini berusaha mengikis citra konservatif tersebut.
Ketika kami di sebuah restoran besar, Monal, di wilayah Islamabad ataupun di restoran Kolachi di Karachi untuk menikmati santap malam, situasi di kedau restoran itu sangat menyenangkan. Kami seperti sedang tidak berada di negara rawan konflik. Situasi di restoran Monal terasa seperti di Puncak, Jawa Barat, di ketinggian bukit berhawa dingin di malam hari. Sementara itu, suasana hangat di restoran Kolachi pun terasa seperti di Uluwatu, Bali, di ujung tebing dengan pemandangan laut lepasa Samudra Hindia.
Tidak hanya masyarakat yang moderat dan terbuka, warga Pakistan pun juga terus belajar. Sejak kanak-kanak mereka diajak mempelejari warisa nbudaya masa lampau. Dua musuem yang kami kunjungi, Heritage Museum Lok Virsa, Islamabad an Taxila Museum, ramai dikunjungi murid-murid sekolah. Wajah-wajah eksotik kanak-kanak Pakistan itu antusias mencari tahu sejarah benda-benda yang dipajang di balik kotak-kotak kaca dalam museum tersebut.
"Dengan ke museum, kita menjadi tahu kehidupan orang di zaman dulu," kata Reyyan Ali Khan, siswa kelas VII Bahria Collage Islambad.
Tempat bersejarah yang juga wajib untuk dikunjungi adalah rumah serta makam pendiri negara Pakistan, Mohamad Ali Jinnah, di Karachi. Makam yang diberi nama Jinnah Mausoleum atau Mausoleum Nasional selalu ramai pengunjung. Warga Pakistan tak melupakan masa lalu, tak melupakan perjuangan Bapak bangsa mereka.
Wajah-wajah ramah pun menyapa kami ketiak tiba di rest area M-3 dalam perjalanan dari Islambad menuju kota Lahore di Provinsi Punjab. Di area ini para pengemudi dan penumpang bus ataupun kendaraan-kendaraan pribadi ini, beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang mereka.
Meskipun lelah, wajah-wajah eksotik dan senyum ramah tetap menghiasi lensa kamera kami. Mereka langsung tersenyum ketika kami meminta izin untuk mengambil foto. Ramah kepada orang-orang asing bahkan antusias berkenalan, biasa dilakukan oleh generasi muda Pakistan.
Di tengah pergulatan mengatasi persoalan domestik, seperti serangan teror Taliban ataupun sengketa wilayah Jammu dan Kashmir dengan India, Pakistan terus berupaya membuka diri, menerima kenyataan bahwa dunia telah berubah. Anak-anak muda Pakistan pun berbenah diri, menjadi manusia yang produktif dan kreatif di negeri eksotis Pakistan...[Sumber:Kompas,Minggu,3 December 2017|Oleh: ELOK Dyah Messwati]
#Suasana kota Karachi, Pakistan
#Burung-burung terbang di senja hari di kota Karachi, Pakistan.
#Suasan Jinnah Maosoleum/Makam Muhamad Ali Jinnah.
#Rumah peninggalan bapak pendiri negara Pakistan, Muhammad Ali Jinnah di Karachi yang kini dijadikan museum.
#Heritage Museum Lok Virsa Islamabad, Pakistan.
#Anak kecil bersepeda di jalanna sempit di kekat masjid dan makam BAri Imam di Islamabad, Pakistan.
#Mengunjungi makam tokoh suci Syed Abdullah atau dikenal dengan nama Hazrat Syedena Abdullah Shan Ghazi, di Karachi. Banyak warga datang dan mendoakan.
Comments