Wajah Modern Kuliner Indonesia
BAGI
masyarakat Indonesia, rendang, tempe, dan kolak pisang bisa jadi tak istimewa.
Namun, tidak begitu ceritanya di mata chris Salans. Di tangan chef keturunan Perancis Amerika
ini,ketiga menu itu bisa besalin rupa menjadi sajian modern ala adi boga (fine dining) tanpa kehilangan nyawanya
sebagai kuliner khas Indonesia.
Yang pertama adalah olahan menu
berbahan bumbu rendang dengan daging sapi. Salans menyebutnya, wagyu beef carpaccio in rendang oil. Di
sini, salans melakukan modifikasi pada daging sapid dan bumbu rendang yang
menjadi kunci seluruh sajian.
Carpaccio adalah boeuf tartare vesi
Italia, yaitu daging sapi mentah dari Argentina yang diiris setipis kertas,
kemudian dikucuri saus campuran Dijon mustard, cuka balasamik, dan minyak
zaitun. Di atasnya lalu ditaburi lada hitam dan garam laut, disajikan
dengnadaun rucola serta serutan keju parmesan.
Dalam menu olahannya, Salans
melakukan modifikasi menggunakan daging wagyu yang sudah lebih dulu direndam
dalam bumbu khusus sehingga menghasilkan cita rasa yang sedikit gurih tanpa
merusak cita rasa asli daging wagyu. Begitu juga dengan saus pelengkapnya,
Salans memilih menggunakan minyak rendang yang diproses dari bumbu rendang yang
pekat sehinggga cita rasa rendangnya tetap kuat tetapi tercecap lebih ringan.
“Saya lebih senang menggunakan
minyak rendang, seperti halnya minyak kari dan minyak rawon, karena membuat
cita rasanya tidak terlalu berat dan kuat. Minyak –minyak ini bisa juga
digunakan untuk merendam, bahan emulsi, saus ataupun sup. Jadi sangat variatif,”
kata Salans.
Minyak rendang, dihasilkan dari
bumbu rendang yang dimasak hingga mendidih kemudian minyaknya ditiriskan
menjadi minyak rendang. Setelah ditiriskan, ampasnya tidak digunakan lagi.
Utnukm enghasilkan irisan daing
wagyu yang tipis, Salans menggunakan pengiris eletronik. Perosesnya harus
dilakukan dengan sangat hati-hati apabila tidak ingin irisan wagyu menjadi
remahan daging.
Beberapa proses cukup memakan waktu
dan membutuhkan perhatian lebih. Namun, Salans rela sedikit repot. “Bagi saya,
memasak bukan sulap. Banyak teknik yang bisa digunakan, tetapi bukan sulap,”
ujar Salans.
Sebagaip elengkap, Salans
menambahkan jamur merang bersama garam emja, garam laut, lada, sayuran berupa
selada air, dan irisan keju. Penggunaan garam meja dan garam laut, ujar Salnas,
membuat cita rasa yang dihasilkan leibh komplet karena kandungan mineral yang
berbeda dari kedua jenis garam.
Benar saja, di atas piring saji,
cita rasa, rendang terasa tetap mendominasi di antara irisan daging wagyu yang
lembut. Tidak pekat, tetapi hnya lamat-lamat sehingga rasa wagyu tetap
berjejak. Selada air dan jamur memberrikan kesegaran yang menteralisir
keseluruhan cita rasa menjadi sajian
yang pas di lidah. Tampilannya pun cantik, mengundang selera.
Tempe Favorit
Di menu kedua, Salans menghadirkan
slipper lobster tempe. Tempe yagn sudah digoreng garing, diolah menjadi remahan
yang dibalur bumbu kari dan lamat-lamat wangi jeruk lemon, kemudian ditaburkan
di atas slipper lobster yagn sudah dipanggang bersama rempah-rempah berupa bawang
putih dan bawang merah, garam dan minyak zaitun.
“Tempe adalah salah satu favorit
saya. Saya tidak pernah bosan dengan tempe. Saya bisa mengolah tempe menjadi
bermacam hidangan. Memadukan tempe dengan semangka, atau es krim. Malah apabila
sebelum digoreng sudah direndam dnegna garam dan bawang, cita rasanyaakan
semakin enak,” kata Salans yang dikenal memang sangat mencintai makanan
Indonesia ini.
Disajikan bersama daun kari, slipper
lobster tempe menjadi sajian yang tercecap unik. Selain slipper lobster yang
segar, karean baru didatangakan dari Kalimatan, cita rasa gurih tercecap cukup
mendominasi, terutama dari remah-remah tempe yagn tetap garing.
Sebagai pelengkap, disajikan nasi
kelapa, nasi yang dimasak dengna air kelapa sehingga bercita rasa sedikit gurih
dan ragam sayuran yang ditumis menggunakan minyak wijen. Sebagaimana
diungkapkan Salans, dia memang cukup ahlli menghadirkan masakan dengan cita
rasa gurih.
Penutupnya adalah kolak pisang yang
didekonstruksi. Karena pembuatannya, cukup
njlimet, menu penutup ini sudah dicicil Salans saat menyiapkan hidangan
pertama. Sambil menunggu irisan daging wagyu Salans memasak bahan kolak berupa gula jawa, gula aren, daun
pandan, pisang dan santan yang akan menjadi ekstrak berbentuk kolak pisang
berbetnuk busa (foam).
“Ini untuk menghasilkan cita rasa
kolak yang ringan. Meski memang memakan waktu cukup lama mempersiapkan foam, Salans masih menambahi kolak
pisangnya dengan remah-remah butter butter
cookies yang lezat dan sorbet kelpa.
Semuanya berpadu menghasilkan kolak
pisang yang meski bentuknya tidak seperti kolak pisang, tetapi cita
rasanya tetaplah kolak pisang. Bagi
Salans, makanan yagn sempurna harus memiliki tiga unsur, cita rasa yagn enak,
warna, dan tekstur. “Dengan begitu, saat masuk ke mulut, akan menjadi pengalman
yang menyenangkan,” tuturnya.
Akulturisasi
Sejumlah menu Indonesia lain juga
disajikan Spice by Chris Salans yang berada di lokasi Jakarta Culinary
Festival. Antara lain udon rawon dan prawn laksa. Kedua menu menunjukkan
akulturasi budaya yang kental.
Prawn laksa adalah mi dengan campura
nudang dan berkuah santan yang kental, kerap di temui di budaya khas peranakan
Melayu-China. Sementara udon rawon jelas mempertemukan dua karya kuliner dai
budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Jepang. Udon, mi Jepang disajikan dengna
kuah beserta potongan daging khas rawon.
Sekilas prawn laksa ini tidak
berbeda dengan laksa umumnya. Namun, kesan lain timbul saat makanan ini masuk
ke tenggorokkan. Meski terlihat kental, santan laksa ini tidak membuat perut
enek. Gurih dan ringan.
Udangnya pun kenyal dan manis,
pertanda dimasak dengan pas, tidak terlalu matang ataupun mentah. Mi yang ada
dalma laksa ini juga tidak terlalu kenyal dan cenderung keras.
Begitu juga dengan udon rawon. Di
dalam kuah hitamnya terdapat udon berwarna putih kekuningan yang
tersermbunyi di bawah potongan daging
berwarna hitam. Kontras dan menarik.
Dagingnya empuk dan dimasak dengan
matang. Potongannya jgua tidak terlalu besar sehingga setiap otongan bisa
dimakan dalam dua kali gigitan. Kuah berserat khas rawon pun menemani kenyalnya
udon saat disantap.
Salans kabarnya berencana membuka
restorannya di Jakarta. Dengan cita rasa lokal yang kental, Salans percaya
kreasinya mudah dinikmati pencinta kuliner Tanah Air. [Sumber:Kompas,Minggu,19
November 2017|Oleh: DD12/Dwi As Setianingsih]
▫◊⃝◊▫
Comments