Memuliakan Kentang dan Pengungsi

Warga Desa Kuta Rayat tidak bisa langsung bertani saat dipulangkan dari pos pengungsian akibat erupsi Gunung Sinabung, awal tahun 2017 lalu. Setelah 20 bulan ditinggalkan, ladang mereka ditimbun abu dan batu hasil letusan Sinabung hingga setinggi setengah meter. Namun, semangat Basing Sembiring (73) tidak ikut tertimbun. Ia membentuk kelompok tani lalu memproduksi bibit kentang unggul melalui metode kultur jaringan.

Rumah hijau tempat pembibitan kentang yang dikembangkan Kelompok Tani Terakep di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Karo, tampak seperti laboratorium percobaan, akhir Mei lalu. Tanaman kentang disusun dua tingkat di dalam rumah hijau itu beratap plastik transparan, dinding kain kasa, dan kerangka bambu..
Basing sibuk memotong cabang tanaman kentang yagn sudah tumbuh di rumah hijau itu. Setelah dieberikan zat perangsang akar, dengan hati-hati ia menanam cabang tanaman itu kemedia tnam agar bisa tumbuh menjadi tanaman baru. sementara anggot kelompok lainnya sedang sibuk dengan pekerjaan lain.
Rumah Hijau tempat pembibitan kentang itu dirintis Basing untuk memulihkan ekonomi warga yang baru pulang dari pos pengungsiaan. Februari 2017. Saat itu sebanyak 577 keluarga pengungsi dari desa ktua rayat diperbolehkan pulang dari pos pengungsian setelah desa mereka yang berjarak 4 km di utara Gunung Sinabung dinyatakan aman dari awan panas guguran.
Saat pulang itu, warga desa tidak hanya menghadapi bencana letusan gunung api. Hasil pertanian kentang sudah bertahun-tahun anjlok karena kualitas bibit rendah. “Produktivitas kentang terus menurun dari tahun ke tahun hingga di bawah 10 ton per ha per panen per empat bulan. Padahal, sebelumnya hasil ketnang mencapai 30 ton per ha,” kata Basing
Metode pembibitan kultur jaringan, kata Basing, menjadi salah satu solusi untuk menghasilkan bibit unggul. Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan tanaman secara vegetative dengan membudidayakan kelompok sel atau jaringan tanaman dalam media botol yang bebas dari mikro organism. Metode ini membuat perbanyakan tanaman lebih cepat dan banyak, kualtias seragam, sifat sama dengan induk, serta bebas dari bibit penyakit.
Basing sebenarnya sudah mengetahui penyebab anjloknya produktivitas kentang  itu. Bibit yang ditanam petani merupakan generasi G-10 atau lebih.  Umbi kentang seringkali busuk dan tanaman layu diserang bakteri Ralstonia solanaceraum, Erwinia carotovora, dan jamur Fusarium sehingga sekitar 20% umbi yang ditanam tidak tumbuh.
Sebelum letusan Sinabung, Basign duah berkali-kali mengajak petani membibitkan tanaman dengan kultur jaringan. Namun, gagasan Basing tidak diterima karena mereka masih merasa beruntung meskipun hasilnya menurun. “Warga juga tidak yakin melihat planlet (Hasil kultur jaringan di botol) karena tampak hanya seperti akar putih,” ujar Basing.
Namun, keterpurukan petani selama bencana membuat mereka mau mencoba kultur jaringan. Basing pun kembli menerapkan ilmu yang ia dapat dari pelatihan  dan pendampingan lembaga International Potato Center dan World Education tahun 1997 hingga 2001 di Karo.
Ia lalu membentuk Kelompok Tani Terakep dengan anggota 22 petani. Dalam bahasa Karo, terakep artinya lebih baik. Nama itu sekaligus akronim dari Tempat Rapat Anggota Kelompok Menyelesaikan Permasalahan Pertanian.
Setelah kelompok terbentuk, Terakep lalu membangun rumah hijau pertama berukuran 5 x 20 m. Mereka mengumpulkan uang untuk membeli kain kasa Rp 1,4 juta dan plastic transparan Rp 200.000. Anggota kelompok juga mencari bamboo untuk kerangka rumah hijau
Setelah rumah hijau berhasil dibangun, mereka membeli 10 boto plalet seharga Rp 50.000 per botol dari Balista Kementerian Pertanian di Tongkoh. Karo. Sato botol berisi sepuluh tanman kentang. “Balitsa memberi kami bantuan lima botol. Jadi, ada 15 botol planlet yang kami tanam pertama kali,” ujar Basing.
Setelah mendapat planlet dari Balitsa Tongkoh, Kelompok Terakep menyiapkan media tanam steril berupa tana h;apisan atas, kotoran sapi, dan sekam padi dengan perbandingan  sama hingga prose pertanian lainnya.
Kelompok Terakep sudah memanen 300.000 umbi kentang G-0, Oktober 2017. Hasilnya dibagikan kepada anggota. “Kami minta istri para anggot a memanen agar mereka melihat hasilnya. Ini agar kami bisa dapat modal laig dari istri,” kata Basing sambil tertawa.
Basing lalu meminta anggota kelompok menanam bibit kentang, tersebut di ladang yang belum pernah ditanami kentang untuk menghindari serangan bakteri dan jamur yagn sama. Ia meminta agar kentang di tanam setelah melewati  masa berhenti tumbuh (dormansi) 3-4 bulan.
Hasil panen pertama dibagi kepada setiap anggota, masing-masing mendapat 1200 umbi kentang. Mereka menanam bibit di ladang dan menapat 12.000 umbi atau 1,5 ton kentang di lahan sekitar 1 rante (400 m²).
Produktivitas Meningkat
DIRI Pandia (34), anggota Kelompok Terakep, menyatakan sangat puas dengan hasil bibit kentang itu. “Satu tanaman menghasilkan 1,2 kg hingga 1,5 kg kentang lebih tinggi dari hasil biibt kentang yagn berdar di pasar, yakni 0,5 kg per tanaman,” katanya.
Selain mendapat bibit lebih unggul, biaya pembiakan dengan kultur jaring jauh lebih murah dibandingak ndengan membeli bibit jadi. Harga bibit kentang di Karo kini Rp 650.000 per 25 kg yang jumlahnya 600-700 umbi. Padahal, dengan membiakan satu botol planlet seharag Rp 50.000, mereka bisa menapat 1.600-1800 umbi kentang.
Resiko kerugian akibat terpapar abu Sinabung juga lebih rendah. Bibit yagn selama ini menghasilkan 8-10 ton per ha sekali panen. Saat tersiram abu Sinabung, produktivitas tanaman bisa turun sampai 50%. Jadi, hasil panen bisa turun hingga 4-5 ton per ha.
Produktivitas bibit baru ini bisa 30 ton per ha. Kalau toh terpapar abu, hasilnya turun 50%, masi hdiperoleh hasil panen 15 ton ataqu lebih tinggi dari hasil panen lama. Namun, sejauh ini, tanaman belum pernah terpapar abu.
Kelompok Terakep pun terus memperluas rumah hijau mereka. Kini dua rumah hijau berukuran masing-masing sekitar 10 x 20 m sudah beroperasi. Tiga rumah hijau lainnya sedang dibangun.
Hingga kini Gunung Sinabung masih meletus. Namun, Basing Sembiring tidak menyerah kepada bencana. Ia berharap Kelompok Tani Terakep terus berkembang dan bisa menyediakan bibit kentang unggul untuk petani di seluruh karo.

Comments

Popular Posts