Sentra Kambing bagi Rakyat
Mengangkat kehidupan warga miskin
dengan ternak kambing secara bergulir dilakukan Pemerintah Desa Serang,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Terobosan memanfaatkan dana desa itu juga mampu
meningkatkan perekonomian desa dan mengurangi jumlah warga yang menjadi TKI.
Kreativitas masyarakat desa untuk
memanfaatkan dana desa terus bergeliat. Pemerintah Desa Serang, Kecamatan
Panggungrejo, Kabupaten Blitar, memanfaatkan sebagian dana desa terus
bergeliat. Pemdes Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar,
memanfaatkan sebagian dana desa untuk memberikan ternak kambing secara bergilir
bagi warga kurang mampu. Upaya itu dihimpun dalam badan usaha milik desa
(BUMDes). Desa berpenduduk sekitar 4.700 orang itu berjarak 36 km arah selatan
Kota Blitar.
Sabtu (23/6/2018), Asri (46) sibuk
memberikan makan enam kambing di kandangnya. Kandang dibuat menjadi satu dengan
kandang tetangganya. Suratmin (60), dan digunakan bersama. Asri adalah warga RT
001 RW 002 Desa Serang, penerima tanggjung jawab memelihara kambing dari BUMDes
di desanya.
“Lumayan saya dipinjami dua ekor
kambing. Kini sudah beranak empat ekor. Nanti setelah menyusui, induk kambing
dan satu ekor anaknya akan saya kembalikan ke desa,” kata Asri.
November 2017, Asri, yang biasanya
bekerja sebagai buruh tani, menerima dua kambing dari pihak desa. Saaat ini,
dua kambing itu sudah memiliki empat ekor anak. Dari empat ekor anak kambing,
tiga di antaranya menjadi hak Asri. Adapun seekor anak kambing dan dua induk
kambing dikembalikan ke BUMDes untuk dijadikan indukan berikutnya.
Biaya sekolah
“Dulu, saya beternak kambing tetapi
saya jual saat butuh uang. Selanjutnya saya sulit membeli kambing lagi karena
kebutuhan semakin banyak. Beruntung saya dipinjami kambing. Lumayan bisa buat
tabungan menyekolahkan dua anak saya,” kata Asri yang masi hemmbiayai sekolah
dua dari tiga anaknya. Seorang anak di SMK dan seorang masih duduk di SMP.
Sistem desa menititipkan kambing
kepada warga untuk dipelihar menjadi terobosan Desa Serang dalam membuat BUMDes
[Sumber : Kompas, Rabu, 11 Juli 2018
| Oleh : Dahlia Irawadi] ternak kamibng. Hal itu dilakukan sejak 2017. Modalnya
Rp 100 juta dari dana desa. Uang itu untuk membeli 100 ekor kambing betina.
sisanya untuk membeli obat dan keperluan ternak kambing lain.
BUMDes juga memiliki tiga ekor
kambing pejantan. Masih terbatasnya jumlah pejantan milik desa membuat sebagai
nbesar warga berinisiatif mencar ikambing pejantan sendiri.
Sebanyak 100 kambing itu
didistribusikan kepada warga di 10 rukun tetatangga dari 27 RT di desa. Setiap
warga miskin menerima dua kambing betina.
Pemilihan penerima dimulai dari
warga dengan kondisi ekonomi paling membuthkan. Jika kambing sudah beranak,
kambing indukan akan digeser ke keluarga lain (di lingkup RT tersebut) hingga
semua warga kurang mampu akan memiliki ternak sendiri sebagai tabungan.
Dari dua ekor kambing diharapkan
bisa didapat empat ekor anak kambing. Dari jumlah itu, tiga ekor menjadi hak
warga pemelihara dan seekor menjadi hak desa. Dua ekor induk kamibng dan seekor
anak kambing dikembalikan ke pihak desa setelah menyusui. Selanjutnay kambing
indukan digeser pemeliharaannya kepada warga lain yang memerlukan.
Jika kambing mati ataupun mandul,
BUMDes akan menggantinya. Ini karean perawatan induk kambing menjadi tanggung
jawab desa. Sementara perawatan anak kambing menjadi tanggung jawab pemelihara.
“Saat membeli kambing ,warga yang
bakal menerima yang memilih. Ini agar mereka tuurt bertanggung jawab terhadap
apa yang dipilihnya,” kata Lisdianto (31), manajer BUMDes ternak kambing Desa
Serang.
Saat ini, dari 100 kambing yagn
dipelihara warga, delapan ekor di antaranya mati. Lisdianto mengemukakan,
BUMDes mengganti kambing yang mati dengan kambing baru. Per Mei 2018 dari 100
ekor kambign deesa sudah mendapat anak kambing sebanyak 27 ekor.
“Ada petugas yang rutin mengontrol
kondisi ternak tersebut. Selai nmerawat kesehatan, juga untuk menyakinkan warga
agar anak kambing yang didapat tidak dijual. Anak kambing itu disarankan
menjadi tabungan,” kata Lisdianto.
Tahun 2018, PemDes Serang kembali
menganggarkan pembelian 100 ekor kambing untuk 10 RT lain di des itu. Dana desa
yang ditermia Desa Serang tahun 2018 Rp 760 juta.
Membangun desa
“Dengan usaha BUMDes ini, diharapkan
warga desa bisa memiliki tambahan kegiatan yang bisa meningkatkan perekonomian
merka. Dengan demikian, mereka tidak perlu pergi ke luar desa untuk mencari
pekerjaan. Kami bisa membangun dan memajukan desa bersama-sama,” kata Kepala
Desa Serang Dwi Handoko.
Menurut Handoko jika semua warga
kurang mampu di 27 RT sudah memiliki ternak kambing BUMDes akan melakukan
kegiatan lanjutan, yaitu membuat pabrik makanan ternak yang bisa dimanfaatkan
warga. Saat ini, masyarakat masih bergantung pada pakan basah berupa rumput dan
dau ndari hutan di sekitar desa. Namun, saat kemarau, orang kesulitan mencari
paka nternak dan harus membli pakan dari luar.
“Kami berusaha menjadikan desa kami
sentr ternak kambing berkualitas. Dengan demikian, orang yang buuth kambign
berkualitas akan datnag ke desa kami. Ini menjadikan nilai tawar kami lebih
tinggi. Kami tidak menjual kambign karena butuh, tetapi karena ada pembeli yang
membutuhkan kambing dari desa kami,” kata Handoko.
Begulirnya program kambing rakyat,
ditambah semakin majunya sector wisata Pantai Serang yang dikelola desa,
pemkab, dan Perhutani, membuat kondisi ekonomi warga Desa Serang perlahan
meningkat. Kalau sebelumnya setiap Senin dan Kamsi selala ada bank thithil
(renternir) berlalu lalang di desa tersebut, saat ini para renternir sudah
tidak ada lagi.
“Warga kami pun semakin sedikit yang
bekerja sebagai TKI di luar negeri. Jika tahun 2010 sejumlah 50% kepala
keluarga di sini menjadi TKI di luar negeri, saat ini hanay tersisa 27 kepala
keluarga yang menjadi TKI. Yang lainnya sudah kembali dan bersama-sama
membangun desa,” kata Lisdianto. [Sumber : Kompas, Rabu, 11 Juli 2018 | Oleh :
Dahlia Irawati].
Comments