Memilah Sampah Menuai Emas


Siang jadi kuli bangunan, malam mengumpulkan ”emas”. Andi Prasetya (45), warga Pasir Putih, Kota Jambi, bersemangat memilah sampah plastik. Sampah itu ditukar emas batangan.
Baru dua minggu mengikuti program ”Memilah Sampah Menabung Emas”, buku tabungan sampah miliknya kini bersaldo Rp 498.000. Ia memperkirakan seminggu lagi bisa menukarkannya dengan emas batangan.”Kalau saldonya terkumpul Rp 700.000, sudah bisa ditukar dengan satu gram emas batangan. Lumayan, kan, buat investasi,” katanya, Selasa (23/4/2019).
Selama ini, Andi terbiasa mengumpulkan sampah plastik. Ia kerap menemukan sampah plastik terserak di tepi-tepi jalan. Begitu pula di lokasi proyek tempatnya bekerja. Sampah pun dipilah dan dibawanya ke Bank Sampah Dream yang dikelola komunitas pemuda di Jalan Haji Kamil, Wijaya Pura, Kecamatan Jambi Selatan. Dari situlah Andi lancar membiayai sekolah anaknya.
Belakangan, Bank Sampah Dream dan PT Pegadaian (Persero) Jambi membangun kerja sama tabungan sampah untuk ditukarkan dengan emas. ”Peminatnya banyak. Mereka senang bisa memiliki emas hanya dari memilah sampah,” kata Yudha Tryanto, inisiator Bank Sampah Dream.
Tak berhenti di pengumpulan sampah, Bank Sampah Dream punya mimpi besar mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai. Kantong belanja, tali rafia bekas, dan karung plastik yang rusak dilebur bersama limbah pasir, minyak jelantah, dan oli bekas dijadikan konblok.
Produk konblok dari limbah itu dijual Rp 1.000 per batang. Peminatnya ternyata cukup banyak. ”Sudah langsung ada pesanan untuk mengisi pekarangan,” kata Yudha.
Inisiatif mengurangi sampah juga dilakukan warga RW 010, Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung. Jawa Barat. Bagi warga, sampah ”disulap” menjadi barang yang bisa dimanfaatkan lagi.

Sampah-sampah plastik bekas makanan ringan atau kantong belanjaan tidak ada yang berserakan. Tutup-tutup minuman botol disusun rapi menjadi karya seni, seperti gambar kupu-kupu, burung, dan ikan. Karya itu terpasang rapi di taman vertikal, tidak jauh dari lapangan bermain anak. Pot bunga dari bola plastik digantung di pagar lapangan.
”Sampah plastik tidak ada yang disia-siakan di sini. Setiap rumah di lingkungan RW terdaftar sebagai nasabah bank sampah. Artinya, ada lebih dari 400 nasabah bank sampah di lingkungan ini,” kata Slamet Riyadi (59), Ketua RW 010.
Menjadi nasabah bank sampah bisa menambah penghasilan warga. Bahkan, ada warga yang bisa mendapatkan Rp 900.000 per bulan sesuai dengan sampah yang dikumpulkan, terutama sampah botol plastik dan bungkus makanan.
Alat pembayaran
Langkah yang unik diterapkan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengatasi persoalan sampah plastik. Setahun terakhir, sampah plastik dari kemasan air minum digunakan untuk membayar ongkos Bus Suroboyo. Untuk sekali perjalanan selama dua jam, setiap penumpang harus menukarkan sampah plastik kemasan air minum berupa 10 gelas berukuran 240 mililiter, atau 5 botol ukuran 600 mililiter, atau 3 botol ukuran 1.500 mililiter.
Pipit Maulida, warga Rungkut, Surabaya, mengatakan, keberadaan Bus Suroboyo membuat warga makin banyak memiliki pilihan dalam mengelola sampah plastik. Jika biasanya dia menjual sampah ke bank sampah yang ada di kampungnya, kini ada pilihan lain untuk mengelola sampah yang dikumpulkannya setiap hari.

”Kalau dinilai dari harganya, menukarkan sampah plastik untuk Bus Suroboyo lebih menguntungkan daripada dijual ke bank sampah,” kata Pipit.
Pada awal pengoperasian bus itu pada April 2018, jumlah penumpang masih berkisar ratusan orang per hari. Pada akhir tahun, tumbuh hingga 1.000 penumpang per hari. ”Satu tahun beroperasi, penumpang Bus Suroboyo naik menjadi sekitar 3.600 penumpang per hari,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sampah plastik merupakan masalah serius karena sulit terurai meski sudah tertimbun selama ratusan tahun. ”Jika tidak dikelola dengan baik, sampah plastik bisa merusak lingkungan,” ujar Rismaharini.
Inisiatif-inisiatif ataupun komitmen dari masyarakat dan pemerintah daerah menjadi penting dalam mengelola sampah plastik, demi masa depan bumi yang lebih baik.


Comments

Popular Posts