Menyulap Lahan Tidur untuk Wisata


Warga mengunjungi Agro Expo Banyuwangi 2019 di Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Senin (29/4/2019). Agro Expo Banyuwangi 2019 digelar di lahan tidak produktif milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Lahan yang yang semula tandus tersebut diolah dan dipersiapkan sejak Januari agar menjadi lokasi wisata agro.

Mukhlas (38) tak pernah menyangka bisa mendapat penghasilan berlipat ganda. Rezeki itu buah dari efek berantai pengelolaan lahan tandus menjadi destinasi wisata baru agro di Banyuwangi.

Mukhlas selama ini bekerja sebagai tukang bangunan. Namun, sejak lahan tandus di areal 5,8 hektar itu disulap menjadi tempat festival agro, penghasilannya meningkat. Ia kini bersama 12 rekannya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengelola area parkir di Agro Expo.
Melalui pola bagi hasil, mereka mendapatkan 70 persen dari total penghasilan tiket parkir. Tarif parkir sepeda motor Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000. ”Semua hasil parkir dikumpulkan lalu dibagi rata. Minimal per orang bisa mengantongi Rp 250.000 per hari. Jumlah itu jauh lebih besar daripada upah sebagai tukang yang hanya Rp 90.000 per hari,” kata Mukhlas.
Hal serupa dirasakan Siami (42), warga Desa Taman Suruh, yang kini berjualan makanan dan minuman instan di lokasi tersebut. ”Saya dulu pengemudi ojek daring paling membawa hasil Rp 50.000 per hari. Kini sejak berjualan bisa membawa hasil Rp 500.000 per hari.”
Hal sama juga dirasakan Sunalis (63), pedagang bakso yang berjarak 200 meter dari area wisata. Omzetnya sebelum ada Agro Expo hanya sekitar Rp 300.000 per hari, kini bisa Rp 1 juta per hari.
Festival di lahan tandus
Agro Expo merupakan festival tahunan yang diselenggarakan Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Pertanian. Dua tahun lalu, Agro Expo diselenggarakan di sebuah sawah produktif di tengah kota. Tahun ini, Agro Expo dilaksanakan jauh dari pusat kota, di sebuah lahan tandus milik pemda Banyuwangi. Lokasinya di lereng Gunung Ijen, tepatnya di Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah.
Hingga akhir tahun lalu, lahan seluas sekitar 10 hektar itu hanya ditumbuhi semak belukar. ”Tanah di sini sudah disklimaks, rusak, dan tidak dapat diolah atau ditanami lagi. Secara geologi, tanahnya tandus karena didominasi bebatuan dan jauh dari sumber air,” ungkap Kepala Seksi Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Banyuwangi Eko Mulyanto.
Namun, kini di lahan 5,8 ha dari total 10 ha lahan tandus itu telah disulap. Bunga Celosia plumosa atau jengger ayam lilin berwarna merah dan kuning tumbuh subur di sana. Dalam Agro Expo 2017 dan 2018, Dinas Pertanian Banyuwangi mengeluarkan biaya Rp 600 juta untuk menyewa area festival seluas 2,5 hektar.
Tahun ini, festival itu diadakan di atas lahan milik pemda Banyuwangi. Lahan yang digunakan bisa lebih luas hingga 5,8 ha tanpa biaya, kecuali usaha lebih keras untuk ”membangkitkan” lahan tandus tersebut.
”Pada bulan Januari diputuskan bahwa Agro Expo dilaksanakan di lahan tandus ini. Sejak saat itu, kami memberikan nutrisi dan pupuk organik yang bagus. Kami memberikan 30 ton pupuk organik dan membangun saluran irigasi sepanjang 3 kilometer,” kata Eko.
Destinasi baru
Dinas Pertanian Banyuwangi tak sekadar membangkitkan lahan yang tertidur puluhan tahun, tetapi juga menjadikan Agro Expo sebagai destinasi wisata baru. Warga berduyun-duyun datang menikmati keindahan aneka tanaman ditambah lanskap Selat Bali dan Pulau Bali di sisi timur. Jajaran Pegunungan Raung di sebelah barat. Kala malam, aneka lampu warna-warni menambah semarak Agro Expo.
Pengunjung juga dapat berinteraksi dengan aneka jenis ternak. Anak-anak kecil dengan leluasa berlarian dan memberikan wortel sebagai pakan kelinci, serta memberikan rumput sebagai pakan kambing dan sapi.
Di zona perkebunan, pengunjung dapat memetik buah jeruk, manggis, dan aneka buah lainnya. Panitia juga membangun satu area khusus untuk hiburan rakyat. Warga bisa datang ke Agro Expo setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 21.00.
Sejak dibuka pada 25 April, Kepala Dinas Pertanian Arief Setiawan mencatat, rata-rata setiap hari 6.000 orang datang ke Agro Expo. Puncaknya pada Sabtu dan Minggu (27-28/4) jumlah pengunjung bisa mencapai 9.000 orang per hari.
”Ini di luar ekspektasi kami. Dalam dua Agro Expo sebelumnya hanya 3.000-4.000 pengunjung per hari, tahun ini bisa mencapai 9.000 orang per hari,” katanya.
Melihat lahan itu berpotensi menjadi wahana wisata dan edukasi agro, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta pergelaran Agro Expo diperpanjang, yang seharusnya berakhir 1 Mei menjadi 4 Mei. Ia juga meminta lahan tetap dijaga agar bisa menjadi destinasi wisata baru.
”Kalau perlu, penyuluh pertanian dengan rutin menggelar sekolah lapangan pertanian di sini. Pertemuannya bisa diisi dengan trik dan tips mengatasi hama dan penyakit atau peningkatan produksi pertanian,” kata Anas.
[Sumber : KOMPAS, Rabu, 15 Mei 2019|Oleh: ANGGER PUTRANTO]

Comments

Popular Posts