Pemberdayaan Ekonomi ala Pujon Kidul


Mendung menggantung di sisi utara Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, pertengahan November lalu. Wisatawan berfoto dengan latar belakang Kafe Sawah, salah satu wisata andalan desa yang dibuka setahun lalu. Sebelumnya, bentang alam ini merupakan lahan pertanian dan lahan milik desa yang kemudian diubah oleh pengelola desa menjadi tempat wisata.

Nama Kafe Sawah di Desa Pujon Kidul populer di Instagram. Kafe Sawah di pinggiran desa itu jadi tujuan wisata baru yang digemari anak muda. Dari kafe itu, Desa Pujon Kidul jadi lebih berdaya untuk mengatasi masalah ekonomi dan sosial.
Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Hawa sejuk pegunungan menjadi kelebihannya. Pemandangan sekitarnya pun cantik. Aneka tanaman sayur dan palawija menghampar di antara Gunung Dorowati yang berdiri kokoh di sisi utara serta Gunung Amping dan Kelet di sisi selatan. Semua berada di lereng utara Gunung Kawi.
Setahun lalu, masyarakat desa berinisiatif membangun sebuah kafe, tempat wisata kecil di desa itu. Sebuah kafe berarsitektur klasik dibangun di tengah sawah. Kafe itu dihiasi kolam ikan koi dan pancuran kecil, serta tanaman hijau. Tak disangka kafe yang dibangun di tengah sawah itu menjadi viral setelah ramai diunggah di media sosial.
Para wisatawan terpikat oleh kecantikan pemandangan sawah, gemercik air, dan taman yang berundak. Aktivitas petani di luar pagar dan pencari rumput yang sesekali melintas menambah kental suasana desa.
“Tempatnya asyik untuk keluarga. Untuk swafoto juga bagus walau kini perlu titik swafoto baru,” ujar Tiara Ovi Ananta (23) dan Handini Tria Wardani (22), Sabtu (11/11). Keduanya datang dari Mojokerto. Mereka tertarik datang karena melihat pemandangan cantik kafe sawah di media sosial.
Meski kafe Pujon Kidul baru berumur setahun, jumlah pengunjungnya bisa mencapai 3.000 orang pada akhir pekan dan 500 orang pada hari kerja. Hingga pertengahan November tercatat ada 164.593 pengunjung.
Kepala Desa Pujon Kidul Udi Hartoko saat ditemui, Selasa (14/11), menuturkan, Kafe Sawah awalnya dibuka untuk memberi lapangan kerja bagi warga yang menganggur.
Warga desa membangun kafe di tengah sawah memanfaatkan tanah kas desa. Luasnya mencapai 8.500 meter persegi, termasuk tempat parkir. Kafe Sawah dikelola langsung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Selain kafe, ada sekitar 20 warung milik warga berdiri berjajar di sepanjang jalan persawahan. Semua diatur oleh peraturan desa.
“Ada enam unit usaha yang dikelola BUMDes, salah satunya unit wisata,” ujar Udi.
Dalam peraturan desa diatur, 10 persen dari keuntungan warung masuk ke pemerintah desa untuk pembangunan.
Kafe Sawah hanya salah satu obyek menarik yang dikembangkan untuk mendukung Pujon Kidul sebagai desa wisata. Desa berjarak 10 kilometer dari Kota Batu itu juga mempunyai tempat wisata lain. Di dekat kafe sawah, wisatawan bisa mengikuti wisata petik sayur. Di dusun sebelah, yakni Tulungrejo, tersedia tempat berkemah, wisata air terjun, dan wisata off-road. Adapun di Dusun Maron ada peternakan, tanaman herbal, dan wisata budaya.
Lapangan kerja
Baik Kafe Sawah maupun obyek wisata lain mampu menyedot tenaga kerja dari warga setempat. Kafe Sawah memberi lapangan kerja bagi 80 orang yang hampir semua remaja. Obyek lain mempekerjakan sekitar 30 orang. Yang pasti, obyek wisata menyumbang pendapatan desa. Kafe Sawah, misalnya, memberi masukan dana hingga Rp 75 juta setahun.
Udi mengatakan, dana pengembangan wisata di desanya berasal dari beberapa sumber, salah satunya dana desa. Tahun 2016, Pujon Kidul mendapatkan dana desa Rp 600 juta. Sebanyak Rp 60 juta di antaranya dialokasikan untuk wisata. Tahun 2017, dari Rp 839 juta dana desa yang diterima, Rp 150 juta dialokasikan untuk Kafe Sawah dan Rp 100 juta untuk wisata konservasi.
“Wisata konservasi dialokasikan di lahan desa seluas 6 hektar. Di situ ada sumber air dan hutan bambu. Ini juga kami kembangkan,” kata Udi. Ia kini sering diminta berbagi ilmu tentang mengelola desa ke sejumlah daerah di Indonesia.
Desa Pujon Kidul mengelola pembangunan secara transparan. Sebuah poster besar berisi infografik APBDesa terbentang di samping balai desa. Siapa pun bisa melihat nilai nominal anggaran desa. Mereka juga bisa melihat informasi lebih lengkap secara online melalui sistem informasi elektronik www.sie.pujonkidul.desa.id yang operatornya merupakan anggota kelompok dasawisma dari setiap RT.
Penghargaan
Tidak mengherankan jika desa berpenduduk 4.349 orang itu menyabet sejumlah penghargaan tingkat nasional dan regional. Penghargaan yang diraih antara lain Kampung Iklim Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016), ASEAN Homestay Standard (2017), Desa Wisata Agro dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (2017), serta Kelompok Sadar Wisata Terbaik dari Kementerian Pariwisata (2017).
Untuk mewujudkan pembangunan di sektor pariwisata di Pujon Kidul, pemerintah desa didukung penuh warga, termasuk kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Ketua PKK Pujon Kidul Khusnul Sholikah mengatakan, selain pariwisata, desa juga bergerak mengatasi kemiskinan dan masalah lingkungan hidup.
Di program pengentasan penduduk miskin, Pujon Kidul mempunyai anak asuh. Saat ini ada 14 anak asuh, terdiri dari 2 anak SMA dan 12 anak TK. Mereka berasal dari keluarga kurang mampu. Anak asuh yang masih duduk di bangku TK mendapat bantuan Rp 200.000 per bulan, sedangkan yang SMA Rp 750.000. Semua dana diambilkan dari dana desa.
Untuk keperluan sosial, warga dikenai jimpitan (iuran) tiap Jumat. Nilainya tergantung setiap RT, misalnya Rp 1.000 per rumah. “Dana dipakai saat ada orang sakit atau musibah,” kata Khusnul.
Dalam hal lingkungan, warga Pujon Kidul punya sejumlah program. Setiap pekan ada program Jumat bersih. Mereka bekerja bakti, mulai dari membersihkan jentik nyamuk hingga menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Ada juga imbauan agar warga tidak merokok di dalam rumah. “Warga tidak protes. Malah sungkan sendiri kalau merokok di dalam rumah,” ujar Khusnul.
Warga juga menanam sayur yang bisa dipetik oleh wisatawan, selain untuk keperluan sendiri. Pujon Kidul memiliki kawasan rumah pangan lestari di RT 015. Ada tanaman obat keluarga di RT 016 yang dimanfaatkan untuk memproduksi jamu. Dananya masuk ke kas desa.
Atas keberhasilan mengelola dana desa dan meningkatkan ekonomi warga, Pujon Kidul kini menjadi tempat belajar bagi desa-desa dari sejumlah daerah. Mereka datang ke Pujon Kidul untuk belajar. Bahkan, kepala desa Udi Hartoko diundang untuk berbagi ilmu ke daerah lain. [Sumber : Kompas, Rabu, 20 Desember 2018|Oleh: DEFRI WERDIONO]

Comments

Popular Posts