Bena, Kampung Megalitikum Abadi

DI pegunungan tengah Pulau Flores, NTT, terdapat perkampungan megalitikum tua yang teguh menjaga eksistensinya. Kampung Bena namanya. Berusia lebih kurang 1.200 tahun, masyarakat Bena tetap menjaga tradisi dan adat istiadatnya.

Nun jauh di pegunungan tengah Pulau Flores, NTT, terdapat perkampungan megalitikum tua yang teguh menjaga eksistensinya. Kampung Bena namanya. Berusia lebih kurang 1.200 tahun tak membuat masyarakat kampung ini meninggalkan tradisi dan adat istiadat megalitikum yang diwariskan leluhurnya. Kampung Bena berada lebih kurang 1 jam dari Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, NTT.
Kampung ini menjadi salah satu kampung tertua di Pulau Flores. Walau sudah melampaui 10 abad, kampung ini tetap mempertahankan jejak megalitikum warisan pendiri kampung. Bagian tengah kampung terdapat makam leluhur yang disusun dari pecahan batu kali. Di tengah kampung terdapat altar sesaji untuk nenek moyang, yakni bhaga dan ngadhu. Sekitar 40 rumah di kampung itu tersusun rapi mengelilingi makam, bhaga, dan ngadhu. Jika dilihat dari ketinggian, susunan rumah itu menyerupai perahu. Pembangunan kampung ini sangat menjunjung tinggi kelestarian alam. Lahan permukiman maupun perkebunan mereka dibiarkan sesuai kontur tanahnya yang berbukit. Tak jauh dari perkampungan berdiri Gunung Inerie yang dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Wanita Besar. Penduduk meyakini keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di Gunung Inerie. Yeta dianggap sebagai pelindung kampung. ”Kampung ini tak pernah berubah. Hanya beberapa bagian rumah yang diganti karena kayunya rusak,” ujar Petrus Wali (80), warga Kampung Bena, kepada Kompas, Selasa (15/8).[Sumber : Kompas, Minggu 15 Oct 2017 Oleh : ADRIAN FAJRIANSYAH]

Comments

Popular Posts