Memahami Foto Keluarga Informal

PAMERAN  fotografi ”Ini Ayah Hebatku” di Bentara Budaya Jakarta pada 20-25 November 2017 adalah sebuah contoh yang sangat menarik. Pameran foto yang menyertai aneka seminar dan konsultasi keayahan ini digagas oleh Lembaga Ayah untuk Semua dan Lembaga Bunda untuk Kehidupan. Menurut Yully Purwanti, ketua panitia pelaksana, pameran dan aneka konsultasi keayahan bersama Ayah Irwan Rinaldi ini adalah bagian dari kampanye dan sosialisasi peran penting ayah dalam pengasuhan anak. ”Menurut saya, kita perlu membangkitkan kesadaran para ibu untuk memberikan ruang yang cukup bagi para ayah untuk terlibat dan terikat dalam proses pengasuhan anak. Paradigma umum saat ini, terutama di daerah, adalah ayah itu sebatas pencari nafkah,” kata Yully Purwanti. Dalam pameran fotonya, saya yang dipercaya menjadi kurator menjumpai hal sangat menarik. Ternyata, foto keluarga informal yang menampilkan ayah dan anak saja, tanpa ibu, cukup sulit didapatkan. Sebagian besar foto yang ada adalah anak saja atau anak dengan ibu. Ayah umumnya menjadi pihak yang memotret, jadi seakan ”berjarak” terhadap kehangatan yang ada. Dari foto-foto yang dipamerkan, akhirnya muncul beberapa foto yang sungguh kuat menampilkan keayahan ini. Hotli Simanjuntak, misalnya. Fotografer yang bermukim di Banda Aceh ini mengirimkan foto kiriman rekannya, Fendra Trysanie. ”Aku sendiri tak terpikir untuk berfoto saat harus mengasuh anak sambil liputan,” kata Hotli. Sementara Kevin Yung dari Bandung memotret sahabatnya yang melafalkan azan saat anaknya lahir. Sebuah momen yang umumnya terlewatkan untuk dipotret. Adapun foto kiriman Rahardi Handining sungguh sangat dalam maknanya kalau kita tahu riwayat foto itu. ”Foto ini dipotret almarhum istri saya, Jwalitasari Krisiya. Bagi saya, ini foto yang sangat berarti,” kata Rahardi. Demikian pula foto kiriman Shyma Famuzi yang menampilkan keakraban ayah anak membaca buku. Foto keluarga informal adalah foto yang sebaiknya sering dilakukan karena foto jenis ini merekam keakraban keluarga secara lebih alami dan mencatat dengan sangat jujur. Foto keluarga informal merekam sangat banyak, dari tempat, waktu, dan juga rasa.[ Sumber: Kompas, Selasa, 28 November 2017|Oleh : Arbain Rambey]

Comments

Popular Posts